Bisnis.com, JAKARTA — Kemarau panjang yang terjadi tahun ini disebabkan oleh Indian Ocean, bukan El Nino seperti biasa.
“Jadi, seperti El Nino dari lautan Hindia, bukan Pasifik. Kalau El Nino Pasifik sama dengan tahun lalu, lemah. El Nino dari Hindia ini sangat kuat, bahkan lebih kuat dari 2015,” ujar Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead kepada Bisnis, baru-baru ini.
Apabila El Nino dan IOD bertemu, tutur Nazir, dampaknya akan lebih besar terhadap iklim yang ada di Indonesia. Kombinasi El Nino dan IOD positif ini pernah terjadi di Indonesia pada 1997 dan menyebabkan kemarau panjang.
“Kita harus bersiap. Jangan sampai El Nino Hindia dan Pasifik bertemu. Ini akan sangat parah,” katanya.
Sebagai langkah antisipasi, BRG tengah persiapkan skema pembahasan gambut dengan pembangunan sekat kanal berbasiskan kesatuan hidrologis gambut (KHG). Apabila terpetakan dengan baik dan dibangun dalam posisi yang seharusnya, walaupun dengan skala kecil, sekat kanal tersebut bakal efektif menjaga tingkat kebasahan gambut.
Namun, untuk membangun skema KHG, para pemilik lahan yang terdiri dari perusahaan, masyarakat, serta pengelola izin baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, harus terkoordinasi. Semua pihak harus sepakat untuk pembangunan sekat kanal dalam KHG. Pelaksanaannya pun harus konsisten, begitu pula dengan pengawasannya.
“Kalau terlaksana efektif, risiko kebakaran akan lebih kecil dibanding tahun ini,” tutur Nazir.