Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian menyiapkan sejumlah langkah antisipasi untuk menghadapi kemarau yang berpotensi kian memburuk pada 2020. Salah satunya adalah mengoptimalkan lahan sawah yang dilanda kekeringan.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian Sarwo Edhy tidak menampik jika pihaknya turut mengkhawatirkan potensi ini. Namun, katanya, jika berkaca pada laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan masih ditemui di sejumlah daerah yang mengalami kemarau meski dalam jumlah yang kecil.
Hal ini ia sebut sangat membantu program penanaman padi jenis gogo di lahan kebun.
“Kekhawatiran ada, tapi berdasarkan BMKG itu ada beberapa titik yang sudah hujan di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Ini [hujan] sangat membantu meski tidak lama karena di sisi lain, kami menyiapkan program penanaman padi gogo juga di lahan perkebunan,” katanya saat dihubungi Bisnis, akhir pekan lalu.
Guna menopang produksi tanaman pangan di tengah potensi kemarau, pihaknya juga memperkuat sistem pemompaan dengan membuat pipa-pipa yang menghubungkan sumber air dan lahan sawah. Pemerintah pun berencana membangun embung yang berfungsi sebagai bank sungai.
Edhy menyebutkan embung akan dibangun di tanah hibah atau tanah milik desa sehingga tidak menimbulkan sengketa antarkelompok tani.
“Di samping embung, bisa dibangun sumur dangkal di bawah 50 meter. Kalau di lahan sawah-sawah itu biasanya 30 meter sudah banyak airnya, airnya itulah yang akan disalurkan ke embung tersebut, lalu dari embung ini disalurkan dengan pipa ke sawah-sawah yang berpotensi kekeringan,” paparnya.
Hingga awal Oktober 2019, lahan sawah yang rawan kekeringan setidaknya mencapai 70.000 hektare (ha). Sebagian besar lahan tersebut berlokasi di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang merupakan kawasan dengan curah hujan rendah saat memasuki kuartal IV/2019.