Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha minuman di Indonesia berharap keluarnya PepsiCo diharapkan tak berdampak negatif terhadap industri ini dan justru diyakini dapat membuka peluang bagi perusahaan minuman lain.
Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Rachmat Hidayat mengatakan dampak dari hengkangnya PepsiCo dari Indonesia baru dapat dirasakan minimal tiga bulan ke depan.
Kendati demikian, dia menyebutkan pasar minuman kemasan di Indonesia masih mengalami pertumbuhan yang menjanjikan. Untuk itu, Rachmat mengharapkan hengkangnya Pepsi tidak berpengaruh terhadap industri ini.
“Kami mengharapkan keputusan PepsiCo tidak berdampak banyak bagi industri dalam negeri kita. Justru dengan hengkangnya PepsiCo membuat pemain lain di sektor serupa masuk ke Indonesia, karena ceruk pasar yang tersedia menjadi lebih luas,” tuturnya kepada Bisnis, Rabu (2/10/2019).
Dalam surel kepada Bisnis, Rabu (2/10), PepsiCo menyampaikan telah mengakhiri kontrak kerja sama produksi dengan PT Anugerah Indofood Barokah Makmur (AIBM) di Indonesia. Kedua perusahaan sepakat menghentikan proses produksi per 10 Oktober 2019.
Sementara itu, Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Kementerian Perdagangan I Gusti Ketut Astawa memperkirakan hengkangnya PepsiCo disebabkan makin ketatnya persaingan minuman dalam kemasan di Indonesia. Terlebih, saat ini, produk minuman dalam kemasan di Indonesia makin beragam jenisnya.
Baca Juga
“Tingginya persaingan bisnis antar minuman dalam kemasan, membuat tiap perusahaan harus senantiasa menyesuaikan diri terhadap pola bisnisnya. Perusahaan yang memiliki kualitas tinggi, inovasi, dan kreativitas yang baik, dia yang akan memenangkan pasar,” ucapnya.
Adapun Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan Indonesia (Asrim) Triyono Pridjosoesilo menilai hengkangnya PepsiCo dari Indonesia lebih disebabkan oleh keputusan individu perusahaan. Pasalnya, industri minuman berkarbonasi di Indonesia masih tumbuh 4 persen secara tahunan sepanjang semester I/2019.
“Kebijakan PepsiCo tersebut lebih kepada keputusan mereka sendiri dalam menanggapi dinamika pasar di Indonesia. Mungkin saja mereka akan kembali lagi ke Indonesia dengan bentuk bisnis atau jenis produk lain,” ujarnya.
Triyono meyakini dengan masih positifnya pertumbuhan industri minuman berkarbonasi dan minuman dalam kemasan di Indonesia, ceruk pasar yang ditinggalkan PepsiCo akan segera diisi oleh perusahaan lain.
“Bisa saja perusahaan lama yang sudah ada di Indonesia atau perusahaan baru lain dari luar negeri. Ruang yang ditinggalkan PepsiCo ini akan menjadi peluang bisnis yang menjanjikan,” lanjutnya.
Namun, Triyono mengakui industri minuman dalam kemasan di Indonesia memiliki tingkat persaingan yang tinggi. Hal itu menuntut tiap perusahaan memiliki strategi bisnis masing-masing untuk memenangkan pasar.
Asrim meminta perusahaan yang selama ini menjadi rekanan PepsiCo dalam memproduksi, menjual, dan mendistribusikan produk minuman dari merek tersebut untuk memperhatikan tenaga kerja yang terdampak oleh aksi korporasi itu.
Triyono meyakini PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) sebagai induk usaha yang memegang lisensi PepsiCo di Indonesia dapat menyelesaikan persoalan ketenagakerjaan tersebut.