Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pariwisata Masih Tersandera Tarif Penerbangan

Sayangnya, target kunjungan wisatawan mancanegara yang telah direvisi menjadi 18 juta orang tetap sulit tercapai, kendati pemerintah telah mencanangkan program 10 Bali Baru.
Para pembicara dalam Diskusi Panel bertema Polemik dan Prospek Industri Penerbangan: Tarif, Kompetisi dan Efisiensi yang digelar Bisnis Indonesia, Rabu (25/9/2019). BISNIS
Para pembicara dalam Diskusi Panel bertema Polemik dan Prospek Industri Penerbangan: Tarif, Kompetisi dan Efisiensi yang digelar Bisnis Indonesia, Rabu (25/9/2019). BISNIS

Maskapai Masih Terbebani Biaya Tinggi

Umumnya, perilaku wisman saat berkunjung di Indonesia tidak pernah hanya satu destinasi dan lebih suka berpindah-pindah mengunjungi lokasi lainnya di Indonesia.

Dia mencontohkan ada wisman masuk ke Bali, lalu mereka akan berpindah ke wilayah lain seperti Lombok dan Yogyakarta. Bila tarif penerbangan domestik tinggi, otomatis daya saing wisata Indonesia akan turun. Namun, dia menyadari bahwa tidak bisa membebankan tanggung jawab target kunjungan wisman pada satu sektor tertentu saja.

Menurutnya, tingginya harga tiket pesawat udara bukan hanya tanggung jawab maskapai, tetapi seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan industri penerbangan tersebut.

Ketua Umum Astindo Elly Hutabarat pun pesimistis target jumlah kunjungan turis tercapai seiring dengan dampak yang dialami oleh destinasi domestik.

Anjloknya tingkat okupansi perhotelan di beberapa daerah juga berdampak pada penurunan pajak negara. Fakta selanjutnya adalah penumpang lebih memilih berlibur di luar negeri dengan harga tiket yang jauh lebih murah.

Kemudian, perusahaan besar mengalihkan perjalanan insentif pegawainya ke destinasi luar negeri. Padahal, jumlah pegawai yang diberikan insentif liburan tersebut bisa mencapai ribuan orang. Alhasil, multiplier effect destinasi dalam negeri menjadi rendah.

Ketua Bidang Penerbangan Berjadwal Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Bayu Sutanto menyatakan maskapai terbebani biaya yang tinggi, mulai dari alat produksi seperti pesawat, kru, perizinan, hingga pemeliharaan pesawat.

Menurutnya, pendapatan maskapai memiliki karakteristik musiman. Dalam setahun terdapat high season yang terjadi pada musim liburan atau hari raya dan sisanya tergolong sebagai low season.

Persaingan terlihat ketat saat mulai berbicara soal harga tiket karena terbentuk melalui mekanisme pasar. Namun, pemerintah memberikan batasan harga mengacu pada tarif batas atas (TBA) dan tarif batas bawah (TBB).

Aturan TBA dan TBB yang alasannya memberikan perlindungan bagi penumpang dan perusahaan penerbangan itu hanya terjadi di Indonesia.

Di sisi lain, pengeluaran maskapai harus dibayar melalui angka yang terbentuk melalui regulasi, bukan mekanisme pasar seperti pendapatan. Selain itu, harga avtur ditentukan oleh pemain tunggal di dalam negeri yakni PT Pertamina.

Walaupun dari beberapa pertemuan INACA dengan Pertamina, para operator penerbangan bisa memahami harga yang ditetapkan dengan beban tugas yang diberikan pemerintah kepada BUMN energi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper