80 Rute Penerbangan Masih Rugi
Selanjutnya adalah penentuan slot penerbangan. Bayu mengklaim maskapai harus melakukan lobi tertentu untuk mendapatkan slot di jam utama pada bandara yang strategis yang umumnya masih numpang pada fasilitas militer atau biasa disebut enclave civil. “Slot ditentukan oleh pihak militer, sehingga menjadi tantangan khusus,” ujarnya.
Di bandara, biaya Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, dan Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U) yang ditentukan langsung oleh pengelola bandara bukan pemerintah, atau melalui mekanisme pasar.
Menurutnya, ketidakseimbangan industri penerbangan karena adanya beberapa pos pengeluaran yang tidak berdasarkan mekanisme pasar, sementara pemasukan ditentukan melalui hal sebaliknya.
Sementara peran Kementerian Perhubungan sebagai institusi yang selalu dianggap bertanggung jawab mengatasi permasalahan usaha penerbangan dianggap tidak tepat.
Praktik di beberapa negara lain, bisnis penerbangan diatur oleh badan khusus. Misalnya, ada Civil Aeronautics Board di Amerika Serikat, Economic Development Board di Singapura, dan Civil Aeronautics Board di Filipina.
MASIH MERUGI
Kementerian Perhubungan menyatakan bahwa sebanyak 400 rute penerbangan dalam negeri yang selalu dirilis pemerintah setahun dua kali, diketahui bahwa 80 rute di antaranya masih merugi.
Direktur Angkutan Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Maria Kristi Endah mengatakan bahwa dari 400 rute dalam negeri, sebanyak 190 rute di antaranya diterbangi operator secara soliter (operator terbang sendiri).
“Nah dari 400 rute yang kami keluarkan itu sekitar 80 rute merugi. Artinya load factor tidak sampai 40%,” ujarnya.
Dia menambahkan sejumlah rute tersebut termasuk penerbangan perintis tidak dalam subsidi, akan tetapi harus tetap diterbangi. Alasannya, pemerintah harus mengakomodasi seluruh masyarakat, termasuk di wilayah timur.
Salah satu penerbangan perintis yang sebenarnya masih merugi tetapi keberadaanya sangat penting adalah rute Manado-Miangas.
“Penerbangan Miangas, saat buka pertama kali ada 7 kali seminggu. Sekarang sekali seminggu. Penumpangnya juga isinya ASN dan tentara,” ujarnya.
Salah satu faktor penyebab tingginya biaya operasional yang ditanggung maskapai adalah masih belum imbangnya harga avtur di Indonesia bagian barat dan timur. Harga avtur di timur lebih mahal. “Padahal banyak airline kita bermain di timur.”