Bisnis.com, JAKARTA -- Penurunan harga pangan diprakirakan ikut menyumbang deflasi pada September 2019 secara month-on-month (mom) dibandingkan dengan Agustus 2019.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyatakan deflasi pada September 2019 diperkirakan sebesar -0,17%, dibandingkan dengan inflasi (mom) Juli 2019 ke Agustus 2019 sebesar 0,12%.
"Kelompok bahan pangan kami teliti hampir semua mengalami deflasi, termasuk cabai merah, bawang merah, dan cabai rawit," ujar Andry kepada Bisnis.com, Senin (29/9/2019).
Namun secara keseluruhan, secara year-on-year (yoy), Andry memperkirakan inflasi September 2019 adalah 3,5%, sementara secara kumulatif Januari 2019 sampai September 2019 sebesar 2,31%. "Penyumbang inflasi masih sama yaitu emas yang masih naik," katanya.
Secara umum, Andry masih optimistis bahwa inflasi akan stabil dan diprediksikan sekitar 3,41% sampai dengan akhir 2019. Dia menyebut prediksi ini juga selaras dengan perkiraan Bank Indonesia yang telah memberikan sejumlah kebijakan moneter yang akomodatif.
"Dua hal yang mesti diantisipasi pada semester II/2019 adalah inflasi pada perayaan dan liburan akhir tahun, serta kekeringan pada Oktober 2019," paparnya.
Sebelumnya, Berdasarkan Survei Pemantauan Harga sampai dengan minggu ketiga bulan September diperkirakan terjadi deflasi yaitu sebesar -0,19% (mtm).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan secara kumulatif (yoy), inflasi tercatat 3,48%.
Dia menyebut bahwa barang yang menyumbang deflasi pada September adalah cabai merah, dengan deflasi -0,21%, bawang merah -0,07%. Produk yang lain agak besar sumbangan inflasi adalah daging ayam ras sebesar -0,05%.
"Ini seperti beberapa bulan lalu kami sampaikan kenaikan inflasi ini disumbang oleh cabai dan karenanya faktor musiman, bulan ini ada cabai sehingga terkonsentrasi," kata Perry di kompleks Bank Indonesia, pekan lalu.
Melalui pemantauan tersebut, Perry menyatakan unflasi 2019 diprakirakan berada di bawah titik tengah kisaran sasarannya 3,5±1% dan terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2020.