Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Jerman tampak terus memburuk seiring dengan merosotnya manufaktur. Kondisi ini meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk menambah stimulus fiskal.
Menurut laporan bulanan yang dirilis IHS Markit, aktivitas manufaktur Jerman menyusut dengan laju tercepat dalam satu dekade dan pertumbuhan jasa melemah.
Ada juga tanda-tanda lebih lanjut atas pukulan yang dialami pasar tenaga kerja. Hal ini bisa berdampak buruk pada permintaan dan memicu spiral negatif bagi negara berekonomi terbesar di Eropa tersebut.
Menambah beban ekonomi, asosiasi industri Jerman, Mechanical Engineering Industry Association (VDMA), pada Senin (23/9/2019) memperkirakan produksi akan turun 2 persen pada 2020 setelah penurunan serupa tahun ini.
Kombinasi ketegangan perdagangan, tantangan untuk industri otomotif, dan Brexit (perpisahan Inggris dari Uni Eropa) mengancam untuk mendorong Jerman ke dalam resesi setelah ekonominya menyusut pada kuartal II/2019. Menurut Markit, ekonomi Jerman kemungkinan akan berjuang mati-matian untuk mencatat ekspansi selama sisa tahun ini.
“Angka-angka manufaktur (Jerman) sungguh mengerikan,” ujar ekonom Markit Phil Smith, seperti dilansir dari Bloomberg.
Baca Juga
“Semua ketidakpastian seputar perang perdagangan, prospek industri mobil, dan Brexit melumpuhkan pesanan, pada September sektor ini membukukan kinerja terburuk sejak krisis keuangan pada 2009,” jelasnya.
Sebagai tanda bahwa kemerosotan industri yang didorong oleh ekspor menjalar ke seluruh ekonomi, Markit mengatakan pertumbuhan lapangan kerja terhenti setelah hampir enam tahun mengalami pertumbuhan tanpa gangguan.
Kemerosotan ekonomi Jerman telah mendorong seruan yang lebih keras bagi pemerintah untuk memberikan dukungan fiskal. Meski Bank Sentral Eropa (ECB) awal bulan ini meluncurkan paket stimulus baru untuk zona euro, Jerman sejauh ini enggan untuk meningkatkan langkahnya.
Pada Jumat (20/9), Kanselir Angela Merkel berjanji untuk tetap berpegang pada kebijakan pengeluaran nol defisit, bahkan ketika pemerintahannya mengumumkan paket 54 miliar euro (US$60 miliar) yang dirancang untuk membantu mengembalikan target iklim pada jalurnya.