Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inventasi Pabrik Kereta di Banyuwangi Capai US$100 juta

PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka menargetkan dapat memproduksi 125 gerbong per tahun pada pembangunan pabrik tahap pertama di Banyuwangi. 
Suasana proses pemuatan gerbong kereta produksi PT INKA tipe 'Broad Gauge' ke dalam lumbung kapal untuk dikirim ke Bangladesh, di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (20/1/2019)./ANTARA-Zabur Karuru
Suasana proses pemuatan gerbong kereta produksi PT INKA tipe 'Broad Gauge' ke dalam lumbung kapal untuk dikirim ke Bangladesh, di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (20/1/2019)./ANTARA-Zabur Karuru

Bisnis.com, JAKARTA – PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka menargetkan dapat memproduksi 125 gerbong per tahun pada pembangunan pabrik tahap pertama di Banyuwangi. 

Pabrik tersebut akan dikelola oleh perusahaan patungan antara Inka dengan Swiss Stadler Rail dengan nilai investasi US$100 juta.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan pembangunan pabrik tersebut akan membantu pengembangan sistem transportasi di dalam negeri. Dia menilai hasil produksi pabrik tersebut dapat didistribusikan di pasar global. 

“Investasi ini sangat mendukung program pembangunan sarana transportasi di Indonesia. Apalagi, volume penumpang kereta api terus mengalami peningkatan setiap tahunnya,” katanya, baru-baru ini.

Di samping itu, Inka berkomitmen menjadi pembeli utama hasil produksi pabrikan baru yang dibangun di atas tanah seluas 83 hektare (ha) tersebut. Adapun pabrik tersebut direncanakan rampung pada 2020 dan dapat memproduksi 1.000 gerbong per tahun pada fase terakhir. 

Pembangunan pabrik tersebut akan menyerap banyak tenaga kerja. Oleh karena itu, Stadler Rail berencana mendirikan sekolah vokasional perkeretaapian di dalam negeri. 

Direktur Utama INKA Budi Noviantoro sebelumnya mengatakan pabrik baru tersebut akan dibangun di Banyuwangi lantaran dekat dengan pelabuhan. Budi berharap pembangunan pabrik berorientasi ekspor tersebut dapat meringankan defisit neraca pembayaran berjalan dengan tingginya konten lokal yang diproduksi perseroan.

“Regulasi TKDN [tingkat komponen dalam negeri] tidak menyusahkan, justru kami senang. Kalau desain juga dimasukkan, TKDN sudah hampir 90 persen,” ujarnya kepada Bisnis.

Budi menambahkan pabrik baru tersebut akan memiliki kapasitas produksi 2—3 kereta/hari. Namun demikian, Budi berujar akan menggenjot kapasitas produksi hingga 3—4 kereta/hari untuk memenuhi maraknya permintaan di pasar global. 

Budi mengungkapkan 70 persen dari bahan baku proses produksi telah berasal dari pasar domestik. Adapun selebihnya masih bergantung kepada impor lantaran kuota yang disediakan tidak mencukupi kebutuhan produksi. 

Budi berujar pihaknya telah meminta produsen baja anti karat (stainless steel) di Kawasan Industri Morowali untuk menambah kapasitas agar dapat memenuhi kebutuhan produksi perseroan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Editor : Lucky Leonard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper