Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI : Kebijakan Makroprudensial Dorong Pertumbuhan Konsumsi

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Juda Agung menyatakan kebijakan merelaksasi dan memberi insentif tambahan pada kebijakan makroprudensial yang diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, bertujuan untuk mendorong permintaan konsumsi rumah tangga khususnya untuk properti dan kendaraan bermotor.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2018 di Jakarta, Selasa (27/11/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2018 di Jakarta, Selasa (27/11/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Bisnis.com, JAKARTA -- Relaksasi atas kebijakan makroprudensial akan mendorong konsumsi rumah tangga guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Juda Agung menyatakan kebijakan merelaksasi dan memberi insentif tambahan pada kebijakan makroprudensial yang diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, bertujuan untuk mendorong permintaan konsumsi rumah tangga khususnya untuk properti dan kendaraan bermotor.
"Mudah-mudahan dengan effort dari sisi likuiditas, suku bunga, dari sisi makroprudensial ini akan mendorong suplai dan demand. Dengan endorong suplai dan demand kredit akan naik," katanya di Bank Indonesia, Jumat (20/9/2019)
Juda menyatakan dengan relaksasi makroprudensial yang disertai pemangkasan suku bunga acuan atau BI7DRR turun tiga kali, maka transmisi penurunan suku bunga kredit juga akan terjadi di semua sektor.
"Kita tahu transmisi kebijakan moneter selalu ada tidak langsung sekarang diturunkan, besok suku bunga bank turun biasanya suku bunga depositonya turun dulu baru melakukan adjustment," jelasnya.
Juda meyakini sejumlah stimulus yang diberikan oleh Bank Indonesia akan membantu pencapaian target ekonomi 5,1% tahun ini. 
Dengan demikian tahun depan pertumbuhan ekonomi juga bisa meningkat dalam target 5,1% sampai 5,3%.
"Target itu semua sudah menghitung atas dampak kebijakan moneter, makroprudensial dan kondisi perekonomian global," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper