Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) masih berupaya menutup sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) untuk mengatasi tumpahan minyak yang terjadi sejak Juli lalu.
Dalam dokumen yang diterima Bisnis, indikasi awal terjadinya gelembung gas dalam proses re-entry sumur YYA-1 dengan kedalaman 2.700 meter. Munculnya gelembung gas menyebabkan bergesernya fondasi anjungan.
Dugaan awal, semburan gas telah merubah kondisi mekanika tanah dasar laut sehingga fondasi anjungan kehilangan kekuatan dan mengakibatkan kemiringan.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H. Samsu membenarkan adanya gelembung gas ketika awal insiden dan diduga menjadi penyebab miringnya anjungan YYA-1. Akhirnya, tumpahan minyak di laut utara Karawang tak terhindarkan.
“Tetapi investigasi harus dilakukan untuk pastikan [penyebabnya],” katanya, Jumat (20/9/2019).
Setelah kemiringan anjungan terjadi sebesar 13 derajat, Pertamina lantas menahan agar kemiringan tidak bertambah.
Baca Juga
Untuk menahan peningkatan kemiringan, Dharmawan mengatakan pihaknya memasang dua tali ke kaki anjungan dan menghubungkannya ke alat pengerek yang ada di tongkang.
Selama menahan tumpahan minyak agar tidak melebar ke darat, Pertamina telah memasang oil boom di lepas pantai mencapai 9.250 meter yang terbagi dalam beberapan lapisan. Untuk pemasangan di pantai dan darat, oil boom dipasang sepanjang 10.790 meter yang ditambahkan waring sepanjang 21.000 meter.
Hingga data per 19 September, tumpahan minyak yang dapat ditangkap sebanyak 39.685 barel, sementara untuk tumpahan minyak yang sampai ke darat telah terkumpul 5,53 juta karung.