Bisnis.com, JAKARTA — Pembiayaan kredit pemilikan rumah baik hunian baru maupun bekas tanpa melalui bantuan bank makin marak. Mulai dari perusahaan multifinansial dan teknologi finansial, mereka berlomba-lomba menelurkan program untuk mempermudah masyarakat memiliki hunian.
Direktur Pelaksanaan Pembiayaan Perumahan Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Adang Sutara mengatakan bahwa keberadaan penyedia kredit pembiayaan properti di luar bank diharapkan bisa membantu keterbatasan dana pemerintah.
“Harapannya dengan adanya perusahaan multifinansial dan fintech bisa jadi suplemen karena keterbatasan kita [PUPR], nanti kita harap bisa berbagi program dari segala segmen penghasilan,” kata Adang, Senin (16/9/2019).
Adang menambahkan bahwa keberadaan perusahaan pembiayaan properti selain perbankan juga bisa membantu masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap untuk tetap bisa membeli rumah tanpa persyaratan slip gaji.
Salah satu upaya yang sedang dilakukan PUPR untuk mendukung hal itu adalah lewat program bantuan pembiayaan perumahan berbasis tabungan (BP2BT). Menurutnya, program tersebut paling ideal untuk menjaring masyarakat berpenghasilan tidak tetap dan komunitas.
Senada, Direktur Sekuritisasi dan Pembiayaan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) Heliantopo mengatakan bahwa makin tahun, pekerjaan sebagai pengusaha atau entrepreneur makin menarik sehingga penyedia pembiayaan properti harus mulai mempertimbangkan skema untuk pengusaha.
Baca Juga
“Pengusaha atau yang kerja atas usaha sendiri itu kan masuk dalam non-fixed income. Kami lihat potensinya makin besar dan merupakan segmen yang perlu dipikirkan. Selama ini akses mereka ke perbankan itu sulit,” katanya.
Ke depan, segmen pekerja dengan penghasilan tidak tetap, tetapi berpenghasilan tinggi bakal tumbuh pesat, bahkan milenial, sebagai pangsa pasar terbesar, mulai banyak yang ingin menjadi pengusaha.
Heliantopo menegaskan bahwa ke depan bagaimana pekerja tanpa penghasilan tetap bisa memiliki rumah, terutama yang kelas menengah ke bawah.
“Salah satunya membutuhkan bantuan melalui perusahaan multifinance dan fintech, bahkan kami [SMF] pun perlu bantuan dari mereka supaya bisa menjangkau masyarakat lebih luas,” katanya.