Bisnis.com. JAKARTA — Proses divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk. kemungkinan akan mulai berjalan pada akhir tahun ini meskipun tim lintas kementerian untuk membahas valuasi saham perusahaan tersebut telah tersebut.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Bambang Gatot Ariyono mengatakan sikap pemerintah terhadap penawaran saham Vale akan ditentukan pasca pelantikan menteri baru.
Menurutnya, proses divestasi saham Vale sebesar 20 persen yang harusnya sudah berjalan pada 14 Oktober 2019 akan mengalami kemunduran. Apalagi, periode pemerintahan yang baru akan dimulai Oktober mendatang.
"Ya mundur sebulan dua bulan, tidak apa," katanya, baru-baru ini.
Adapun tim lintas kementerian akan bertugas untuk mengevaluasi kembali proses yang sebelumnya dilakukan Kementerian ESDM. Kementerian ESDM pada mulanya menargetkan valuasi saham Vale selesai pada Agustus 2019.
Apabila valuasi saham selesai, baru diputuskan apakah pemerintah maupun BUMN berminat atau tidak, sekaligus bagaimana langkah yang akan diambil untuk mengeksekusi saham divestasi tersebut.
Selain Vale, divestasi saham PT Natarang Mining dengan komoditas emas menjadi perusahaan tambang selanjutnya yang dihitung valuasi sahamnya.
Kementerian ESDM juga masih menunggu penawaran divestasi saham dari tiga perusahaan tambang lain, yakni PT Ensbury Kalteng Mining (emas) dengan kewajiban divestasi saham 20%, PT Kasongan Bumi Kencana (emas) 12%, dan PT Galuh Cempaka (intan) 17%.
Perhitungan valuasi saham tiga perusahaan tersebut belum bisa dilakukan karena belum sama sekali melakukan penawaran. Tiga perusahaan tersebut meminta waktu untuk melakukan penawaran karena sedang menghitung nilai valuasi saham mereka sendiri melalui Kantor Jasa Penilai Perusahaan (KJPP).