Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah berencana menjual tanah secara langsung kepada konsumen yang berminat memiliki tempat tinggal di ibu kota negara yang baru.
Hal tersebut dikatakan oleh Presiden Joko Widodo saat menggelar pertemuan dengan para pemimpin media massa di Istana Negara, Selasa (3/9/2014). Penjualan tanah adalah salah satu opsi yang sedang dimatangkan dalam memenuhi sumber pembiayaan pembangunan ibu kota.
Namun, apa tanggapan pengembang properti?
Sekretaris Jenderal DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengatakan bahwa seharusnya pengelolaan dan penjualan lahan calon ibu kota negara baru ditujukan kepada pengembang terlebih dahulu baru ke konsumen (end user) agar penjualan lahan tanah tertata rapi bersama dengan para penghuninya.
"Kalau bisa dijual terlebih dahulu ke REI supaya [penataannya] bagus, bisa di tata kaveling siap bangun dan lingkungan siap bangun, dengan syarat pemerintah yang menentukan harga, maka REI akan mendukung," tuturnya kepada Bisnis, Selasa (3/9/2019).
Menurut Kepala Negara, pemerintah sudah menyiapkan lahan seluas 180.000 hektare di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara. Dari total lahan tersebut, pada tahap pertama akan dipakai lahan seluas 40.000 hektare, dan hanya 10.000 hektare di antaranya untuk kantor pemerintahan.
Baca Juga
“Jadi, sisanya bisa dimiliki langsung oleh warga. Bukan pengembang, dengan pasar properti sekarang, kalau jual tanah di ibu kota Rp2 juta per meter [persegi] saya rasa tidak mahal. Kita bisa cek harga tanah di pinggiran Jobodetabek saja sudah Rp5 jutaan,” tutur Presiden Jokowi.
Menurut Totok, terkait dengan penentuan harga lahan sebesar Rp2 juta per meter persegi dirasa cukup.
REI, katanya, akan tetap mendukung pemerintah berapa pun patokan harga untuk lahan di ibu kota tersebut. "Kami siap mendukung pemerintah, setiap keputusan pasti ada pertimbangan."
Totok mengatakan, bahwa harga yang telah dipatok oleh Presiden sebenarnya dilakukan untuk menarik pasar kelas menengah atas agar tertarik membeli lahan dan investasi di ibu kota baru.
Meskipun demikian, lanjut Totok, pemerintah akan tetap memedulikan dan memperhatikan pasar bawah dengan harga yang sesuai dengan kebutuhan pasar tersebut.
Selain itu, REI sangat yakin atas kemampuan Presiden yang mampu memahami pasar dan menarik pasar.
Oleh karena itu, Totok mengatakan bahwa pihaknya akan mendukung karena dipastikan semua sudah ada perincian dan kebutuhan dalam pembangunan ibu kota.
"Harga itu eye-catching agar menarik pasar. Presiden dulu kan seorang pengusaha dan sudah sangat lihai menarik market. Kami tut wuri handayani [mengikuti dari belakang sambil mengawasi dan memberi dorongan] saja," kata Totok.