Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dorong Efisiensi Hulu Migas, SKK Migas Ciptakan Sistem Cluster

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) akan menetapkan sistem pengelompokan atau cluster untuk perusahaan produsen migas berdasarkan letak wilayah kerja guna menekan biaya produksi.
Kilang pengolahan minyak di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur./Antara
Kilang pengolahan minyak di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur./Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) akan menetapkan sistem pengelompokan atau cluster untuk perusahaan produsen migas berdasarkan letak wilayah kerja guna menekan biaya produksi.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan sejumlah strategi untuk mendorong efisiensi proyek hulu migas terus disusun. Apalagi, lanjut Dwi, potensi cekungan migas di Tanah Air berada pada wilayah laut dalam dan jauh dari infrastruktur.

Dwi menjelaskan investor migas akan mencari lokasi yang memberi peluang keuntungan yang tinggi. "Kita harus bersinergi dengan KKKS [kontraktor kontrak kerja sama]. Ke depan kita bangun clustering. Ada enam sampai tujuh cluster. Jadi, harus ada kerja sama dan infrastrukturnya jangan sendiri-sendiri," tuturnya di sela-sela The 43rd IPA Convex 2019, Rabu (4/9/2019).

Selain itu, efisiensi bisa didapatkan dengan melakukan pengadaan bersama. Oleh karena itu, SKK Migas berkomitmen menghadirkan konsolidasi kebutuhan kontraktor dengan baik.

Dwi menambahkan perpanjangan kontrak juga bisa jadi solusi untuk meningkatkan efisiensi. "Kalau cuma satu tahun akan mahal, makanya kita ciptakan kontrak jangka panjang," tambahnya.

Saat ini, SKK Migas sedang berupaya mendorong efisiensi lifting gas bumi karena penggunaannya untuk operasional proyek masih terlalu tinggi.

Dwi menghitung, konsumsi gas bumi untuk proyek mencapai 15 persen dari total produksi sehingga lifting-nya hanya mencapai 85 persen dari total produksi.

"Misalnya gas, beda produksi dan lifting-nya 15 sampai 16 persen, yang di-lifting tinggal 85 persen. Itu harus dievaluasi," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper