Bisnis.com, JAKARTA Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) optimistis panen cabai yang akan dimulai dalam dua minggu ke depan bisa menarik turun harga komoditas ini hingga ke level normal.
Sekretaris Jenderal AACI Abdul Hamid menyebutkan saat ini, panen sebenarnya telah dimulai di beberapa daerah seperti Banyuwangi dan Jember. Bahkan, ada stok cabai yang belum terjual.
“Kalau di pasar itu sempat tidak terjual berarti kan pasokannya sudah cukup. Cuma memang [harga] di pasar belum turun, mungkin masih terpengaruh harganya,” kata Abdul ketika dihubungi Bisnis, Senin (2/9/2019).
Menurut Abdul, kebutuhan cabai harian di tingkat nasional mencapai hingga 200 ton. Sebanyak 60 persen atau sekitar 100-120 ton ada di Jakarta.
Dia memproyeksikan panen kali ini akan terus berlangsung hingga Desember sehingga harga cabai diproyeksi bisa normal di kisaran Rp30.000-Rp35.000 di level pedagang pasar meskipun ada potensi peningkatan permintaan pada akhir tahun.
Kendati demikian, dia juga mewanti-wanti adanya kemungkinan penurunan harga berlebih yang berpotensi merugikan petani lantaran pasokan yang tidak terkontrol.
“Saya lihat ada daerah yang sudah menanam di mana-mana sudah cukup banyak. Itu yang kita khawatirkan, yang kita enggak monitor itu. Repot kita jadinya,” ujarnya.
Di sisi lain, dia juga mengingatkan adanya potensi serangan penyakit pada cabai lantaran musim hujan yang diprediksi akan mulai berlangsung pada Oktober nanti. Serangan penyakit ini berpotensi mengoreksi jumlah panen cabai sehingga suplai tidak mencukupi.
Untuk mengantisipasi kedua hal ini, menurutnya, edukasi petani atau peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di sektor ini menjadi solusi.