Bisnis.com, JAKARTA - Obligasi Argentina jatuh ke rekor terendah pada Senin (2/9/2019), sedangkan mata uang peso bergejolak setelah pemerintah memberlakukan kontrol modal.
Dilansir Reuters, Presiden Mauricio Macri pada Minggu (1/9) memberlakukan langkah pengendalian modal guna membendung pelemahan mata uang yang meningkatkan risiko gagal bayar, setelah pemimpin konservatif itu kalah dalam pemilihan umum pendahuluan pada Agustus.
Peso, obligasi, dan bursa saham Argentina yang merosot memaksa Macri mengungkap rencana menunda pembayaran sekitar US$100 miliar utang serta kontrol mata uang yang membatasi pembelian dolar.
Peso ditutup menguat 0,88 persen di pasar resmi, namun berakhir melemah 0,79 persen di pasar gelap pada level 63,5 per dolar AS. Perbedaan ini menggarisbawahi hilangnya kepercayaan pada harga resmi yang juga dibantu oleh hari libur pasar di Amerika Serikat.
"Dolar pada level ini sekarang cukup kuat. Seluruh langkah ini memiliki tujuan utama, yaitu stabilitas," ungkap Menteri Keuangan Hernan Lacunza saat konferensi pers.
Presiden bank sentral Argentina Guido Sandleris, Senin, mengatakan sistem keuangan negara masih kuat dan bank sentral akan tetap pada kebijakan moneter ketatnya, meskipun ada pembatasan mata uang.
Dalam konferensi pers, Sandleris mengatakan bank sentral sedang dalam pembicaraan dengan IMF untuk mendefinisikan kembali tujuan di bawah perjanjian pembiayaan senilai 57 miliar dolar AS untuk bulan September.
Mata uang peso resmi telah kehilangan lebih dari 23 persen sejak pemilihan umum pendahuluan pada 11 Agustus lalu yang mengubah haluan politik negara, dengan Macri menderita kekalahan dari lawan politiknya yang cenderung populis, Alberto Fernandez.
Peso anjlok lebih dari sepertiga sepanjang tahun ini setelah anjlok lebih dari 50 persen tahun lalu. Bank sentral telah menghabiskan hampir US$1 miliar cadangan devisa sejak Rabu pekan lalu, namun gagal membendung penurunan nilai tukar.
Fernandez adalah calon terdepan menjelang pemilihan umum 27 Oktober. Pasangan calon wakil presidennya adalah mantan Presiden Cristina Fernandez de Kirchner, seorang populis yang menerapkan kontrol perdagangan dan mata uang selama dua masa jabatannya dari 2007-2015.