Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan tingkat inflasi pada 2020 berada pada angka 3% +/- 1% seiring dengan perkembangan inflasi pada 2019.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan hal ini seiring dengan permintaan agregat yang terkelola serta pengaruh global yang minimal.
Lebih lanjut, hal ini juga didukung oleh inflasi inti yang terkendali sejalan dengan kapasitas produksi domestik dalam rangka memenuhi permintaan.
Distribusi barang dan jasa juga makin membaik seiring dengan pengembangan infrastruktur sehingga menurunkan biaya logistik dan diikuti oleh menurunnya inflasi.
"Prospek inflasi yang rendah juga didukung koordinasi yang erat antara BI, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah sehingga turut mengendalikan inflasi volatile food di level rendah," ujar Destry, Rabu (28/8/2019).
Hampir seluruh daerah di Indonesia mencatatkan inflasi sesuai dengan target yakni 3,5% +/- 1%. Adapun daerah-daerah yang mengalami inflasi lebih tinggi dari target inflasi nasional antara lain Sumatera Utara, Sulawesi Utara, dan Maluku.
Ketiga daerah tersebut masing-masing mengalami inflasi sebesar 6,3% (yoy), 4,5% (yoy), dan 5,2% (yoy).
Per Juli 2019, inflasi indeks harga konsumen (IHK) masih terjaga pada 3,32% (yoy) didorong oleh inflasi inti yang terus terjaga.
Inflasi inti tercatat pada angka 3,18% (yoy) dan inflasi kelompok administered price tercatat mencapai 2,22% (yoy).
Adapun kelompok inflasi yang masih perlu diwaspadai adalah inflasi kelompok volatile food di mana per Juli 2019 tercatat mencapai 4,9% (yoy).
"Volatile food tercatat melambat. Meski demikian, produk holtikultura terutama cabe merah tetap harus menjadi perhatian," ujar Destry.