Bisnis.com, JAKARTA — Pembukaan lapangan kerja baru sepanjang 2014—2019 diklaim telah menembus 11 juta lapangan kerja, alias melampaui target pemerintah dalam program 10 Juta Lapangan Kerja.
Kendati demikian, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal berpendapat, sebagian lapangan kerja yang tercipta selama 5 tahun terakhir bukan di sektor formal tetapi di sektor informal yang memiliki kualitas dan tingkat upah yang rendah.
"Terciptanya lapangan kerja khususnya di sektor informal banyak didorong oleh kemajuan teknologi informasi, yang menciptakan peluang kerja di sektor perdagangan jasa melalui e-commerce termasuk transportasi publik online," ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (27/8/2019).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah tenaga kerja di sektor informal mengalami peningkatan dari level 54% pada 2014 menjadi 57% pada 2017.
Pertumbuhan tenaga kerja sektor informal lebih banyak terjadi di area perkotaan. Hal itu terbukti antara Februari 2018 hingga Februari 2019, porsi pekerja di sektor informal di perkotaan meningkat dari 40,85% menjadi 42,32%, sebaliknya pekerja di sektor formal menurun dari 59,15% menjadi 57,68%.
Untuk itu, dia meyakini pada 2024, angka pengangguran di Indonesia dapat menurun karena melihat tren sekarang lapangan kerja yang akan banyak tumbuh berada di sektor perdagangan dan jasa.
"Sementara di sektor pertanian relatif menurun, adapun jumlah lapangan kerja di industri manufaktur relatif stagnan atau tumbuh lambat," katanya.
Kendati demikian, Faisal menilai meskipun tingkat pengangguran terbuka bisa ditekan lebih rendah lagi tetapi jumlah yang bekerja paruh waktu atau bahkan sedikit waktu yang hanya beberapa jam dalam seminggu dengan tingkat upah yang rendah sangat mungkin meningkat.
"Mereka tidak masuk kategori pengangguran terbuka dalam definisi BPS tetapi kualitas pekerjaan yang mereka dapatkan rendah dan sukar untuk mengangkat kehidupan mereka ke level sejahtera," tuturnya.