Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bersaing di Pasar Global, Inka Gandeng BUMN Lain

PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka bakal lebih banyak menggarap proyek bersama badan usaha milik negara (BUMN) lain dalam ekspansi di pasar global.
Pekerja mengerjakan produksi kereta Light Rail Transit (LRT) di pabrik kereta PT Inka Madiun, Jawa Timur./ANTARA-Siswowidodo
Pekerja mengerjakan produksi kereta Light Rail Transit (LRT) di pabrik kereta PT Inka Madiun, Jawa Timur./ANTARA-Siswowidodo

Bisnis.com, JAKARTA – PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka bakal lebih banyak menggarap proyek bersama badan usaha milik negara (BUMN) lain dalam ekspansi di pasar global.

Direktur Utama Inka Budi Noviantoro mengatakan sinergi dengan BUMN lain telah dimulai sejak tahun lalu. Untuk Asia Tenggara, kerja sama ini bernama Indonesia Railway Development Consortium (IRDC). Selain Inka, BUMN yang bergabung antara lain Waskita Karya, Len Industri, dan KAI.

"Untuk pasar lain, seperti Afrika, bisa berkembang dan yang lain bisa gabung, tergantung skalanya. Kami jualannya sepaket, mulai dari survei, studi kelayakan, design, konstruksi, pengadaan sarana, dan lainnya," ujar Budi seusai penandatanganan kerja sama dengan Perencana Dingin Sdn Bhd di Jakarta, Senin (26/8/2019).

Konsorsium tersebut juga didukung oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank dengan pendanaan berbunga murah. Menurut Budi, dengan didukung oleh Indonesia Eximbank, pihaknya bisa bersaing dengan perusahaan lain, seperti dari China.

Pasalnya, perusahaan dari Negara Panda tersebut menawarkan produk beserta dukungan pembiayaan ke pasar global. "Nah, sekarang kami bersama teman-teman BUMN lainnya bawa duit dan konsep," katanya.

Lebih jauh, Budi memberi contoh di Laos, yang memiliki SDA berupa potassium, PT Timah (Persero) mengerjakan penambangan. Produk potassium ini dijual ke Pupuk Indonesia (Persero), sedangkan Inka membangun sistem rel di negara tersebut.

Selain Laos, Myanmar juga tertarik menggunakan jasa konsorsium BUMN tersebut. Namun, kondisi politik di negara ini yang belum stabil membuat kerja sama belum bisa dilaksanakan.

"Ke depan bakal banyak mengambil yang model paket," ujar Budi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper