Bisnis.com, JAKARTA Pemerintah memastikan wabah African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika yang telah menyebar ke sejumlah negara Asia Tenggara sampai saat ini belum ditemukan di Indonesia.
Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Fadjar Sumping Tjatur Rasa mengemukakan pihaknya belum menerima laporan kematian hewan ternak babi akibat virus tersebut. Kendati demikian, upaya pencegahan ia sebut terus dilakukan menyusul mudahnya penularan virus ini pada populasi babi, salah satunya dengan memperketat proses pengawasan melalui badan karantina.
"Di Indonesia tidak ada [kasus kematian babi karena virus], tetapi kita tetap jaga-jaga karena virus ini sendiri cukup sulit ditanggulangi. Di OIE sendiri [Organisasi Kesehatan Hewan Dunia] belum menemukan vaksinnya, masih dalam pengembangan," kata Fadjar saat dihubungi Bisnis, Kamis (22/8/2019).
Ketut Hari Suyasa, Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali, pun membenarkan laporan Fadjar. Khusus untuk wilayah Bali yang pada 2018 lalu tercatat memiliki populasi babi di angka sekitar 690.095 ekor, Hari menyebutkan wabah tersebut belum merambah Indonesia.
"Wabah yang sekarang sudah menyebar ke berbagai negara Asean tidak sampai ke Indonesia, khususnya Bali. Sejauh ini aman," katanya.
Meski sejauh ini Indonesia masuk dalam kategori bebas flu babi Afrika, Fadjar tak memungkiri ada risiko penyebaran di Tanah Air. Risiko ini utamanya berasal dari masuknya olahan daging babi yang dibawa oleh turis dari negara-negara dengan laporan wabah tersebut.
Selain itu, sisa makanan (swill feeding) dari transportasi umum seperti pesawat terbang dan kapal yang dimanfaatkan untuk pakan ternak babi pun ia sebut juga bisa menjadi media penyebaran virus.
Pemanfaatan makanan sisa untuk pakan babi, kata Fadjar, merupakan bisnis yang cukup besar lengkap dengan pelaku usaha yang berkecimpung di dalamnya. Ia menyatakan pemerintah memang tak melarang swill feeding, namun ia mengharapkan makanan sisa tersebut melalui proses pemanasan terlebih dahulu untuk menghentikan perkembangan virus.
"Swill feeding ini berbahaya jika makanan sisa tersebut berasal dari penerbangan atau pelayaran dari negara dengan kasus ASF. Di sisi lain, bisnis swill feed ini besar. Ada yang memanfaatkan makanan sisa ini untuk bisnis pakan," terangnya.
Filipina menjadi negara terbaru di Asia Tenggara yang melaporkan dugaan masuknya ASF setelah biro industri hewan setempat melihat adanya peningkatan jumlah kematian babi di peternakan. Seperti diberitakan Reuters, Filipina lantas memutuskan untuk menutup keran impor daging babi dan olahannya.
Sejauh ini, telah ada puluhan negara yang masuk daftar larangan masuk daging babi ke negara beribu kota Manila tersebut, termasuk daging dari Vietnam, Laos, China, dan Mongolia.