Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kementan : Dampak Kemarau pada Tanaman Rempah Tak Signifikan

Kementerian Pertanian meyakini dampak El Nino pada tahun ini tidak akan berpengaruh negatif terhadap kinerja produksi tanaman rempah seperti lada dan pala.
Kebun lada di Puring Kencana, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat./Antara
Kebun lada di Puring Kencana, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat./Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian meyakini dampak El Nino pada tahun ini tidak akan berpengaruh negatif terhadap kinerja produksi tanaman rempah seperti lada dan pala. 

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono optimistis produksi rempah andalan ekspor Indonesia seperti lada dan pala tidak akan terlalu terpengaruh musim kemarau yang diperkirakan memasuki puncaknya pada Agustus ini. 

“Setiap tahun kita menghadapi musim kemarau, tapi tidak perlu dikhawatirkan. Tahun ini perkiraan El Nino tidak seperti pada 1997-1998 atau 2015 lalu,” kata Kasdi saat dihubungi Bisnis, Senin (12/8). 

Menyitir data terbaru Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai perkiraan pergerakan El Nino yang dilakukan oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), terlihat adanya potensi keberadaan El Nino sebesar 60 persen hingga 65 persen  selama Juli sampai Agustus. Potensi tersebut turun ke angka 50 persen untuk periode September sampai November. 

Minimnya potensi dampak kemarau pada produksi rempah ini diamini oleh Ketua Umum Dewan Rempah Indonesia Gamal Nasir. Menurutnya, tanaman ini cenderung tak menerima dampak kemarau secara signifikan karena tumbuh di kawasan yang rawan kekeringan. 

“Kalau kekeringan, umumnya rempah itu tidak terlalu berpengaruh signifikan. Karena rempah kebanyakan tumbuh di daerah yang tidak terdampak kekeringan secara besar. Kecuali daerah Sumatera yang ditanami sawit seperti Riau dan Jambi,” ujar Gamal kepada Bisnis

Terlepas dari kondisi tersebut, Gamal menilai pemerintah tetap perlu melakukan pendampingan pada para petani rempah. Kualitas produksi petani dalam negeri, sambungnya, masih kalah dibanding negara produsen lainnya. 

Ia pun mengharapkan rantai pasokan yang masih panjang dan merugikan petani bisa diperbaiki agar harga jual yang diterima petani bisa menguntungkan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper