Bisnis.com, JAKARTA- Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (perpadi) mencatat adanya kenaikan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat penggilingan seiring produksi yang memang tidak setinggi musim panen sebelumnya.
Ketua Umum Perpadi Soetarto Alimoeso menyebutkan kenaikan harga gabah kering panen mulai terjadi pada awal bulan ini. Dia menengarai, sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) kenaikan ini lantaran pasokan di masa panen gadu yang memang mulai berkurang jika dibandingkan dengan musim panen sebelumnya.
“Memang relatif naik. Sekarang sudah sekitar Rp5.000-an per kilogram [kg dari] sebelumnya sekitar Rp4.700 per kg,” ujarnya, Selasa (6/8/2019).
Terlepas dari kondisi produksi panen gadu yang memang tidak setinggi panen raya, berkurangnya pasokan ini juga disebakan oleh kemunduran masa tanam yang mempengaruhi masa panen dan El Nino.
Kendati demikian, menurutnya hingga saat ini aliran stok ke penggilingan-penggilingan padi, khususnya skala besar, masih bisa dikatakan normal.
Pasalnya, panen masih terus berlanjut di sejumlah daerah di Pulau Jawa yang memiliki sistem pengairan atau irigasi. Selain itu, suplai juga akan berlanjut dari panen di Sulawesi.
“Jadi, nanti pasti akan mengalir dari Sulawesi ke Pulau Jawa,” katanya.
Selain itu, tingginya stok beras milik Bulog yang memicu berkurangnya serapan oleh badan usaha milik negara tersebut, jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, menyebabkan perebutan stok gabah antar penggilingan tidak terlalu sengit.
Namun, keadaan berbeda berpotensi dialami oleh penggilingan padi skala kecil. Menurut Sutarto, penggilingan skala kecil cenderung lebih terdampak lesunya serapan pasar.
“Kalau pasar lesu, dia juga cenderung relatif lesu,” ujarnya.