Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia mengaku masih memiliki ruang untuk melakukan relaksasi kebijakan moneter dan makroprudensial sembari menunggu waktu yang tepat.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan bahwa masih ada peluang pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial tahun ini. Apalagi, peluang resesi ekonomi AS tahun ini kian menguat.
"Kita sebentar lagi akan melakukan RDG [Rapat Dewan Gubernur]. Pak Gubernur telah katakan, room ada, jadi tinggal timing-nya," jelas Dody di Kantor Bank Indonesia, Senin (12/8/2019).
Pengkajian pada ketepatan waktu, menurut Dody, sangat penting. Hal ini mengingat bagaimana risiko yang potensial ke depan. Utamanya agar jangan sampai langkah yang diambil BI melambatkan upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi dan membuat rupiah tidak stabil.
"Risiko tentu lebih banyak di pasar global. Bagaimana trade war masih akan berlanjut sedalam permasalahannya," ujar Dody.
Selain itu dari sisi kebijakan akomodatif, Dody membocorkan masih ada peluang pelonggaran kebijakan makroprudensial. Utamanya kebijakan yang mampu mendorong sejumlah sektor prioritas.
"Salah satu pemikiran BI adalah dengan kebijakan makroprudensial yang mendorong sektor prioritas," tegasnya.
Selain fokus pada kebijakan moneter dan makroprudensial pihaknya juga akan memudahkan sistem pembayaran, dan memberi dukungan terhadap teknologi keuangan atau fintech sehingga membuat ekonomi menjadi lebih efisien.
"BI juga memiliki peranan yang besar dari sisi UMKM dan syariah. Jadi mendorong partisipasi pelaku ekonomu menjadi lebih banyak," pungkasnya.