Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia masih bisa mengecilkan defisit transaksi berjalan dengan mengandalkan foreign direct investment.
Head of Economic & Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menyatakan pelebaran current account deficit (CAD) pada kuartal II/2019 tak lepas dari kebijakan moneter Bank Indonesia menaikkan suku bunga sampai 175 basis poin.
Oleh sebab itu aliran dana asing yang masuk ke Indonesia mayoritas hanya berbentuk portofolio. Sementara ketergantungan pada portofolio menurut Enrico tidak memiliki efek jangka panjang bagi neraca transaksi berjalan.
"Menutup CAD itu bisa menarik investasi asing yang jangka panjang yakni foreign direct investment yang modelnya masuk ke pertambangan, transportasi, dan industri," ungkap Enrico kepada Bisnis, Jumat (9/8/2019).
Namun dengan demikian konten impor yang dibutuhkan juga semakin besar. Sehingga untuk menjamin CAD tidak semakin melebar Enrico mengusulkan adanya stimulus untuk menarik FDI yang mengandalkan konten lokal.
"Contohnya untuk industri kayu, furniture, dan karet" paparnya.
Selain itu untuk bisa menjamin ketertarikan investor jangka panjang, pemerintah harus menyelaraskan insentif dalam Paket Kebijakan yang selama ini sudah diberlakukan. Menurut Enrico, aturan insentif dalam Paket Kebijakan masih belum sinkron sehingga menimbulkan kebingungan bagi investor asing.
Terakhir, terkait daftar negatif investasi, Enrico juga mengimbau agar pemerintah mengevaluasi DNI. Dengan demikian membuka peluang investor asing untuk masuk memperkuat industri dengan bahan baku domestik.