Bisnis.com, JAKARTA Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar memastikan smelter tembaga PT Amman Mineral Nusa Tenggara (PTAMNT) akan rampung paling lambat akhir 2022.
Dalam upaya melihat realisasi kinerja, Arcandra pun melakukan kunjungan kerja ke wilayah pertambangan Batu Hijau di Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dioperasikan perseroan tersebut pada Kamis (8/8/2019). Selain memantau keberlangsungan operasi, kunjungan tersebut sekaligus mencanangkan lokasi pembangunan smelter.
Arcandra meminta agar Aman Mineral segera menyerahkan detail rencana pembangunan smelter dengan target per tahapan masing-masing selama 6 bulan.
"Perusahaan ini merupakan salah satu pionir pelaksanaan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2017 dan produk hukum turunannya. Salah satunya ditandai dengan ditargetkannya pengoperasian smelter paling telat 2022," katanya, dalam keterangan resmi, Jumat (9/8/2019).
Adapun Amman Mineral telah menyatakan komitmennya untuk menyelesaikan pembangunan smelter dalam jangka waktu 5 tahun sesuai ketentuan dalam PP Nomor 1 Tahun 2017. Sebagaimana diketahui, Amman Mineral telah melakukan perubahan bentuk usaha pertambangan dari Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Operasi Produksi.
Pada 2019, Amman Mineral melalui perusahaan afiliasinya, PT Amman Mineral Industri (PTAMIN), telah menjadwalkan keputusan investasi final (final investment decision/FID) dan finalisasi front end engineering design/FEED) sehingga dapat memulai tahap konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC) pembangunan smelter.
Baca Juga
Smelter Amman Mineral direncanakan memiliki kapasitas input sebanyak 1 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan dapat ditingkatkan hingga 1,6 juta atau 2 juta ton per tahun. Kapasitas tersebut dapat memproses konsentrat baik dari tambang Batu Hijau maupun suplai potensial dari Blok Elang (saat ini dalam tahap eksplorasi), dan sumber pemasok konsentrat lainnya.
Sebelumnya, sesuai rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) 2019 yang diajukan oleh Amman Mineral, kegiatan eksplorasi 2019 berupa pemetaan seluas 2.000 hektare (ha) dan pengeboran sebanyak 57.600 meter dengan menggunakan hingga 10 mesin bor.
Untuk Blok Batu Hijau, pemetaan 1.000 ha dengan pengeboran 1.200 meter, sementara Blok Elang pemetaan 500 ha dengan pengeboran 53,900 meter untuk melanjutkan program pengeboran 2018 dan untuk studi geoteknik, hidrogeologi dan metalurgi.
Adapun kegiatan di Blok Rinti berupa pemetaan 500 ha dan pengeboran 2.500 meter.
Selain itu, kegiatan pengupasan batuan penutup akan dilakukan seluruhnya di fase 7 dengan jumlah yang direncanakan sebanyak 206,16 juta ton dan penambangan bijih sebanyak 630.000 ton.
Secara keseluruhan, investasi dari seluruh kegiatan Amman Mineral akan mengalami peningkatan pada tahun ini menjadi US$1,15 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan biaya operasional tambang sebesar US$54,7 juta, peningkatan pengeluaran modal sebesar US$43,7 juta, serta kenaikan biaya eksplorasi dan advanced project sebesar US$2 juta yang di-offset dengan penurunan biaya nonoperasional tambang sebesar US$46,4 juta.
Sementara itu, untuk melakukan pemasaran di tahun 2019, perusahaan tersebut akan menjual konsentrat sebanyak 373.000 metrik ton basah atau 339.000 metrik ton kering dengan rincian 336 ribu metrik ton basah untuk ekspor dan 37.000 untuk domestik.
Selain itu, Amman Mineral pun dikabarkan akan melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) di pasar modal. Perusahaan tambang emas dan tembaga tersebut mengincar dana senilai US$600 juta dari aksi korporasi ini.