Bisnis.com, JAKARTA — Maraknya kedai kopi lokal baru yang bermunculan saat ini menimbulkan persaingan yang cukup ketat dalam bisnis kafe di Tanah Air.
Industri startup kopi seperti Fore Coffee, Kedai Kopi Tuku, Kopi Kenangan dan lainnya pun menjadi pesaing berat ritel kopi konvesional seperti Starbucks, Coffee Bean & Tea Leaf, hingga Excelso.
Menanggapi maraknya persaingan bisnis ritel kopi, Head of Corporate Communication PT Mitra Adi Perkasa Tbk. (MAPI) Fetty Kwartati menuturkan Starbucks sebagai kedai kopi di bawah naungan MAPI saat ini memiliki 404 gerai yang tersebar di lebih dari 30 kota dengan jaringan yang sangat besar dan menjangkau segmen menengah atas dan juga kelas menengah.
“Dengan brand awareness yang sangat kuat, Starbucks terus melakukan peningkatan bisnis dan kinerja sehingga tetap bertahan di tengah kompetisi yang tinggi yang bukan hanya datang dari kopi, tetapi juga dari jenis minuman lainnya,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (7/8/2019).
Fetty mengatakan, untuk menghadapi persaingan tersebut Starbucks tetap fokus pada kepuasan pelanggan dan selalu berupaya memberikan pilihan dan servis yang lebih baik.
Selain itu, strategi pemasaran juga disesuaikan dengan kebutuhan kostumer dan situasi saat ini yaitu intergrated marketing activities.
“Misalnya menciptakan campaign khusus setiap bulan, menciptakan minuman seasonal baru yang menarik, bekerja sama promosi dengan digital wallet, membuat merchandise Starbucks yang unik, membangun konsep Starbucks yang khusus seperti Starbucks Reserve Store yang lebih memberikan customer experience dan engagement, mengoptimalkan CRM melalui Starbucks Loyalty Card, mengoptimalkan Gofood delivery market.”
Fetty mengatakan, pihaknya yakin bahwa tren penjualan kopi Starbucks akan terus tumbuh mengingat kinerja pada semester I/2019 meningkat lebih dari 20% dibandingkan dengan tahun lalu.
“Kinerja di semester 1 tahun ini terhitung cukup baik dengan pertumbuhan penjualan lebih dari 20%. Kami berharap kinerja ini bisa terus ditingkatkan sampai akhir tahun 2019.”
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Eddy Sutanto mengatakan saat ini kedai startup kopi memang tengah diminat masyarakat. Apalagi, harga yang dibanderol pun cukup terjangkau dan millenial friendly.
“Buat kami melihatnya, itu suatu pertumbuhan minuman kopi atau membesarnya pasar minuman kopi di Indonesia , dan kalau dibandingkan dengan populasi kita saya rasa pasar masih sangat besar. Tentunya ada berpengaruh terhadap penjualan coffee shop traditional seperti Starbucks, Coffee Bean & Tea Leaf dan sejenisnya,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (7/8/2019).
Untuk mengatasi hal itu, Eddy menuturkan, kedai kopi tradisional tersebut harus melakukan re-brand atau menyesuaikan permintaan pasar saat ini.
Menurutnya, besar kemungkinan tren penjualan kedai kopi tradisional tersebut bisa menurun dan berdampak pada penutupan gerai.
“Bisa terjadi seperti di China , Starbucks kalah sama Luckin Coffee mereka dalam 2 tahun membuka 2400 gerai,” imbuhnya.
Sementara itu, terkait dengan tren pertumbuhan bisnis kopi pada tahun ini, Eddy memprediksi akan cukup besar.
“Kalau pertumbuhan secara angka kami belum memiliki angka pastinya, tetapi yang jelas bertumbuh sangat pesat. Untuk target transaksi kami belum punya angka pasti, tetapi total kopi bisnis [potensi besarnya pasar] lebih dari Rp10 triliun.”