Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Kimia Dukung Pemerintah Pacu Produksi Bahan Baku

Asosiasi Kimia Dasar Anorganik Indonesia (Akida) mengapresiasi langkah pemerintah dalam mendukung pengembangan industri petrokimia oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
Petugas melakukan pemeriksaan dan perekaman data di pabrik butadiene di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), di Cilegon, Banten, Kamis (19/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Petugas melakukan pemeriksaan dan perekaman data di pabrik butadiene di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), di Cilegon, Banten, Kamis (19/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Kimia Dasar Anorganik Indonesia (Akida) mengapresiasi langkah pemerintah dalam mendukung pengembangan industri petrokimia oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.

Pengembangan tersebut dinilai penting karena produk petrokimia merupakan bahan baku industri kimia dasar.

Ketua Akida Michael Susanto Pardi mengatakan industri kimia dasar yang berproduksi di dalam negeri telah melebihi kebutuhan industri hilir lokal seperti asam sulfat dan kalium sulfat. Namun, masih ada produk kimia dasar yang belum diproduksi di dalam negeri.

Oleh karena itu, insentif penelitian dan pengembangan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.45/2019 tentang Perhitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan merupakan langkah yang diperlukan.

Namun menurutnya, informasi mengenai insentif dan pelaksanaan peraturan tersebut harus disosialisasikan lebih gencar lagi mengingat karakteristik pelaku industri kimia dasar yang hanya fokus kepada kegiatan produksi.

“Industri kimia itu hanya fokus kerja. Berbeda dengan perusahaan asing yang memiliki tim secara lengkap baik dari produksi dan perpajakan,” ujarnya kepada Bisnis belum lama ini.

Michael memproyeksikan produksi industri kima dasar pada tahun ini hanya akan tumbuh di kisaran -5% hingga 5%. Hal tersebut disebabkan oleh gempuran produk impor, baik pada pasar industri hilir maupun kimia dasar, ke pasar domestik.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) sebelumnya menemukan bahwa impor produk kimia dasar pada tahun lalu melonjak secara tahunan. Adapun, produk yang diamati oleh LPEMFEB UI adalah filter mineral maupun kimia, amonium sulfat, dan potasium klorida.

Michael menduga banjirnya produk impor tersebut berasal dari China yang melakukan menjual produknya lebih murah sekitar 10% ke Indonesia. Asosiasi telah menyampaikan kepada Kementerian Perindustrian untuk membuat hambatan nontarif untuk membendung impor tersebut.

“Banyak barang impor masuk, jadi costumer kami tidak bisa produksi full. [Alhasil] beli bahan bakunya juga tambah sedikit,” ujarnya, Kamis (1/8/2019).

Michael mengatakan lambatnya serapan dari industri hilir terhadap produk industri hulu membuat volume produksi industri kimia dasar stagnan sejak 2014. Adapun, kenaikan pendapatan yang dialami oleh para pelaku industri kimia tiap tahunnya bukan hasil dari pertumbuhan produksi, melainkan hanya hasil dari inflasi dan perbedaan nilai tukar. “Itu yang orang tidak lihat.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper