Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk tetap mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif sepanjang tahun 2019.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, BI menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) dan suku bunga pada kuartal II/2019 masing-masing sebesar 50 bps dan 25 bps.
Kebijakan ini sejalan dengan rendahnya perkiraan inflasi dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa pihaknya melalui kebijakan moneter tersebut menginginkan agar bank memberikan kredit ke sektor riil agar pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat terus naik.
Perry juga memastikan ke depannya inflasi bakal tetap terjaga di bawah 3,5% hingga akhir 2019. Adapun pada kuartal II/2019 inflasi tetap terjaga pada level 3,2%.
Selanjutnya, nilai tukar rupiah juga cenderung stabil di mana secara year to date rupiah mengalami apresiasi sebesar 2,64% karena menariknya investasi portofolio di Indonesia.
Hal ini dibuktikan dengan aliran portofolio asing yang masuk mencapai Rp193,2 triliun dengan rincian Rp120,1 triliun berupa SBN dan Rp72,1 triliun menuju pasar saham.
Oleh karena itu, Perry mengatakan masih terbuka ruang bagi BI untuk kembali mengeluarkan kebijakan moneter yang akomodatif dalam rangka mendukung perekonomian.
"Kebijakan sistem pembayaran kami arahkan untuk mendukung ekonomi sesuai dengan visi pembayaran yang kami launching yaitu dengan QR Indonesia Standard [QRIS] dan SKNBI akan lebih murah dan lebih cepat," kata Perry, Selasa (30/7/2019).