Bisnis.com, JAKARTA -- Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan bahwa tantangan utama yang dihadapi oleh Indonesia adalah mempertahankan pertumbuhan ekonomi sembari memperbaiki defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD).
"Kita juga akan terus melihat kinerja sektor riil terutama pasca 2018 yang kita harapkan harus mendapatkan momentum saat semester 2 ini," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Selasa (30/7/2019).
KSSK bakal terus berkoordinasi dalam rangka mendorong permintaan domestik serta meningkatkan ekspor, pariwisata dan aliran masuk modal asing termasuk berupa penanaman modal asing (PMA).
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, per 26 Juli 2019, aliran portofolio asing masuk mencapai Rp193,2 triliun yang terdiri dari SBN sebesar Rp120,1 triliun dan saham sebesar Rp72,1 triliun.
"Ke depan masih terbuka ruang untuk melakukan kebijakan moneter yang akomodatif," kata Perry, Selasa (30/7/2019).
Dari sisi fiskal, Sri Mulyani mengatakan bahwa penerimaan PPh badan dan PPN perlu ditingkatkan kembali.
Pada kuartal II/2019, PPh badan tumbuh lebih lemah ketimbang tahun sebelumnya. Pertumbuhannya hanya 3,4%.
Penerimaan PPN tumbuh negatif karena adanya restitusi, meski secara bruto tumbuh 5,7% dan tetap lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil rapat KSSK yang diselenggarakan pada Jumat (26/7/2019), KSSK menyimpulkan stabilitas sistem keuangan pada kuartal II/2019 terjaga dengan baik.
Ada 3 faktor utama yang menopang stabilitas sistem keuangan pada kuartal II/2019.
Pertama, ketidakpastian pasar keuangan global sudah mulai menurun yang dipicu dengan respons bank sentral negara maju serta berkembang yang melonggarkan kebijakan moneter. Hal ini diikuti dengan capital inflow ke negara berkembang termasuk Indonesia.
Kedua, imbal hasil investasi portofolio di aset keuangan domestik tergolong menarik. "Ini meningkatkan capital inflow yang juga dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang terjaga," kata Sri Mulyani.
Ketiga, persesi terhadap prospek ekonomi Indonesia juga membaik seiring dengan meningkatnya sovereign rating Indonesia oleh S&P yang memperkuat rupiah serta kinerja pasar obligasi dan pasar saham. Sektor riil juga berkembang pasca-Pemilu 2019.
Meski demikian, masih ada risiko eksternal yang masih harus diwaspadai. Dari sisi eksternal, ketegangan antara AS dan China memiliki potensi untuk melebar ke negara yang menjadi hub AS-China.
Apabila berlanjut dan meluas, ketegangan antara kedua negara akan menekan volume perdagangan dunia dan akam terus menekan harga komoditas termasuk minyak dan gas (migas).