Bisnis.com, JAKARTA – Mitsui O.S.K. Lines, Ltd. (MOL), perusahaan pelayaran yang berpusat di Jepang, bisa menambah setidaknya empat kapal tanker beberapa tahun mendatang jika terlibat dalam beberapa pekerjaan pengangkutan LNG di Indonesia.
Saat ini, lima kapal LNG carrier Mitsui beroperasi di Indonesia, a.l. mengangkut LNG dari kilang Tangguh dan Donggi Senoro. Mitsui akan mengoperasikan satu unit fasilitas penyimpanan dan pengolahan LNG atau floating storage and regasification unit (RSFU) untuk pembangkit listrik tenaga termal di Jawa Barat pada 2021.
Perusahaan saat ini mengincar beberapa rencana tender pengangkutan LNG, seperti dari proyek kilang Tangguh Train 3 dan LNG Abadi.
“Empat kapal ini belum ketahuan akan dibangun tahun berapa dan investasinya. Untuk proyek Inpex di LNG Abadi, kami berharap bisa berpartisipasi. Untuk Tangguh line 3, begitu ada penawaran [tender], kami akan coba masuk,” kata Presiden Direktur PT MOL Indonesia Yo Ishikazi di sela-sela ulang tahun ke-25 MOL Indonesia di Jakarta, Kamis (25/7/2019).
Executive Vice President Mitsui O.S.K. Lines, Ltd. (MOL) Takeshi Hashimoto mengatakan MOL dalam 25 tahun operasinya di Indonesia sempat mengurangi 17 dari 20 armadanya. Kapasitas angkut LNG menurun drastis dari 24 juta ton menjadi 3 juta ton.
Hashimoto menjelaskan keputusan mengurangi kapal disebabkan oleh penurunan produksi LNG di kilang Arun dan kilang Badak. Kapal-kapal itu akhirnya dipensiunkan. Sebagian ditutuh (scrapped), terutama kapal-kapal yang dibangun sekitar tahun 1970. Sebagian lainnya dimodifikasi.
Baca Juga
Soal proyek FSRU di Laut Jawa, dia mengatakan pekerjaan konstruksi sejauh ini berjalan sesuai jadwal. Semua pekerjaan konstruksi diperkirakan selesai akhir 2020. Uji coba pengoperasian akan dilakukan 2021 selama setahun sehingga pada akhir tahun itu, FSRU akan beroperasi penuh.
Hashimoto mengatakan bisnis pengangkutan LNG menyumbang 10 persen terhadap pendapatan MOL. Saat ini kontribusi tengah mengarah ke kisaran 15 persen-20 persen. Andil terbesar datang dari bisnis pengangkutan minyak, yakni 25 persen. Adapun pengangkutan batubara berkontribusi 5 persen-10 persen.