Kisah Sukses UMKM Tekstil yang Menembus Pasar Dunia
Robert Maruli Tua Sianipar (46), ternyata menunjukkan kegigihannya menggeluti usaha bidang tekstil yakni produksi ulos dan songket, kain tradisional Suku Batak, Sumatra Utara sejak 1992. Dalam kurun waktu 27 tahun membangun bisnis dengan 17 orang, sekarang total penenun yang dia bina dalam Rumah Tenun sudah mencapai 180 orang. Kini, Robert makin ditantang untuk memacu produksi menembus pasar dunia.
“Secara total ada sekitar 104 motif tenun ulos dan songket. Kini kami bekerja sama dengan sekitar 50 UKM [Usaha Kecil Menengah] yang memproduksi tenun ulos dan songket juga UKM makanan khas Medan,” ujar Robert di Galeri Ulos Sianipar miliknya, Sabtu (20/7/2019).
Pada 2011, bisnis Robert mulai dilirik oleh Bank Indonesia. Pucuk dicinta ulam pun tiba, bisnis Robert lolos sebagai salah satu UMKM binaan Bank Indonesia (BI). Robert berkisah peran BI dalam membantu mendongkrak bisnisnya. Tidak berbentuk uang tunai, BI ternyata membantu Robert dan komunitas penenun dengan sejumlah program.
Beberapa di antaranya; pelatihan menenun bagi para penenun, pengadaan benang dan peralatan tenun ATBM, serta pelatihan pewarnaan alam untuk produk tenun. Tahun 2013, Robert juga didorong BI untuk memproduksi ulos terpanjang yang dibuat selama 1 tahun.
Pada tahun yang sama, Galeri Ulos Sianipar juga mulai yakni terlibat dalam pameran sejenis INACRAFT, Indonesia Fashion Week, dan Karya Kreasi Indonesia (KKI). Pada 2014, BI memperkuat galeri ini dengan dana hibah berupa satu unit Rumah Tenun berbentuk Adat Batak pada bagian depan galeri. Rumah Tenun sebagai upaya revitalisasi dan regenerasi penenun ini diresmikan pada 10 Desember 2015.
“88% pekerja adalah perempuan dengan jenjang pendidikan berbeda. Masih ada sekitar 10% yang juga tidak bersekolah. Tujuan kami dengan Rumah Tenun ini juga bisa terus melestarikan motif tenun ulos dan songket sebagai budaya Batak. Maka 90% bahan baku masih lokal, hanya 10% saja yang impor untuk modifikasi misalnya bahan sutera,” ungkap Robert.
Baca Juga
Secara bertahap Robert mengakui ada pertumbuhan angka omzet yang cukup signifikan. Sebelum jadi binaan BI, galeri ini bisa menghasilkan pendapatan Rp5 juta per hari, atau sekitar Rp150 juta sampai Rp300 juta per bulan. Setelah menjadi binaan BI perlahan didukung sejumalh event pameran, omzet Galeri Ulos Sianipar melesat Rp1,5 miliar per bulan. Pada 2017 bahkan mencapai Rp22 miliar, dan tahun lalu sampai Rp23 miliar.