Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akuisisi Tol Marak Terjadi 2,5 Tahun Terakhir, Ini Pandangan ATI

Tahapan yang terjadi saat ini merupakan lanjutan dari tahap pembangunan yang dalam 5 tahun terakhir memang terbilang pesat.
Foto udara jalan tol Cipali kilometer 116 Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, Minggu (2/6/2019). Arus mudik di tol Cipali pada H-3 Lebaran terpantau ramai lancar./ANTARA FOTO-Dedhez Anggara
Foto udara jalan tol Cipali kilometer 116 Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, Minggu (2/6/2019). Arus mudik di tol Cipali pada H-3 Lebaran terpantau ramai lancar./ANTARA FOTO-Dedhez Anggara

Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan operator jalan tol menilai tren akuisisi saham badan usaha jalan tol dalam 2,5 tahun terakhir menunjukkan industri jalan tol tengah berkonsolidasi.

Aset jalan tol yang sudah beroperasi dinilai menjadi instrumen investasi yang menarik bagi pemegang dana jangka panjang.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, dalam periode Januari 2017 sampai dengan Mei 2019, terdapat pengalihan saham di sepuluh perusahaan jalan tol.

Jumlah peralihan saham berkisar 15 persen—45 persen melibatkan tujuh investor dengan nilai akuisisi Rp14 triliun.

Tren ini bisa terus berlanjut jika rencana divestasi saham PT Jasamarga Solo Ngawi dan PT Jasamarga Ngawi Kertosono Kediri oleh PT Waskita Toll Road terealisasi.

Sekretaris Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Krist Ade Sudiyono menilai tren akuisisi tersebut merupakan hal wajar dalam sebuah industri yang tengah berkonsolidasi.

Dia menambahkan bahwa tahapan yang terjadi saat ini merupakan lanjutan dari tahap pembangunan yang dalam lima tahun terakhir memang terbilang pesat.

Data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menunjukkan bahwa, sejak 2015 hingga Juni 2019 terdapat penambahan jalan tol baru sepanjang 985 kilometer. Walhasil, tambahan tersebut telah mengerek panjang jalan tol yang beroperasi menjadi 1.780 kilometer.

"[Tren akuisisi] Ini menandakan industri jalan tol sedang berkonsolidasi dan menuju industri yang mature. Kalau sudah mature akan banyak investor baru yang muncul, tidak hanya melalui equity holder, tapi bisa lewat security holder atau bond holder," jelasnya kepada Bisnis, Senin (22/7/2019).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper