Bisnis.com, JAKARTA -- PT PLN (Persero) mengalirkan listrik ke Pulau Seraya Besar, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur dengan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) komunal 190 kilowatt peak (kWp).
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTT Ignatius Rendroyoko menyampaikan sumber pembangkit listrik ini menunjukkan PLN hadir melayani hingga pelosok negeri. Selain itu, upaya tersebut juga menjadi langkah percepatan program peningkatan rasio elektrifikasi (RE), serta peningkatan pembangunan pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT).
Selain Pulau Seraya Besar, desa lain di Kabupaten Manggarai Barat, NTT, juga akan dialiri listrik dengan menggunakan PLTS. Saat ini PLN tengah membangun PLTS komunal tersebut untuk Desa Papagarang (Pulau Papagarang), Desa Pasir putih (Pulu Messa), dan untuk Kecamatan Boleng, Desa Batu Tiga (Pulau Boleng).
Suplai listrik di pulau-pulau tersebut menggunakan PLTS berupa sel fotovoltaik tenaga surya, inverter PV, inverter bidirectional, dan baterai yang akan beroperasi 24 jam. Semua material diangkut dengan kapal melalui laut dari Jakarta ke Labuan Bajo dan lanjut ke Pulau Seraya.
"Kehadiran PLTS komunal ini untuk mempercepat melayani listrik di desa yang belum berlistrik atau di kepulauan atau terisolir dan nantinya meteran yang dipakai masyarakat adalah kWh limiter yang bisa digunakan semua energi merata dipakai oleh masyarakat," katanya seperti dikutip dalam keterangan resmi, Senin (22/7/2019).
Sebelumnya, Desa Pasir putih (Pulau Rinca) dan Desa Komodo (Pulau Komodo) sudah berhasil dinyalakan pada januari 2017 lalu. Masyarakat desa tersebut ikut aktif untuk menjalin komunikasi terkait pelayanan listrik di desanya, mulai dari proses survei pembebasan tanah untuk lokasi pembangunan PLTS, sampai listrik menyala.
Baca Juga
Kepala Desa Seraya Marannu, Sutirman, menuturkan PLN sangat berperan besar dalam membantu terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) khususnya Desa seraya Marannu.
"Dengan adanya listrik PLN, ke depannya penerangan dan produk masyarakat desa bisa bersaing secara nasional dan tidak menutup kemungkinan bisa go internasional. Saya yakin ke depan akan ada banyak UKM-UKM yang bermunculan dan memberi dampak positif dari masuknya listrik ke desa kami karena teknologi dalam bentuk apapun membutuhkan listrik," katanya.
Selama ini, masyarakat harus membeli bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 50 liter per bulan yang harganya mencapai Rp322.500 untuk menghidupkan genset. Genset itu pun hanya menyala dari pukul 18.00 WITA sampai 22.00 WITA.
Apabila menggunakan token listrik, masyarakat cukup mengeluarkan dana Rp100.000 per bulan dan listrik dapat menyala 24 jam.