Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) memperkirakan ekspor alas kaki pada tahun ini akan tumbuh 9% secara tahunan.
Direktur Eksekutif Asprisindo Firman Bakrie mengatakan para anggota asosiasi mengaku pertumbuhan serapan alas kaki pada semester I/2019 naik tipis. Berdasar catatan Bank Indonesia, proporsi konsumsi masyarakat pada semester I/2019 memang secara konsisten lebih tinggi secara tahunan.
Adapun selama Januari—April 2019, ekspor sepatu olahraga turun 12,13% secara tahunan menjadi US$846,3 juta. Adapun, ekspor sepatu olah raga berkontribusi sebesar 1,71% atau menduduki peringkat ke-12. Firman mengaku masih ragu dengan keadaan ekonomi global. Namun, dia optimistis nilai ekspor alas kaki pada akhir tahun ini akan tumbuh sekitar 9% secara tahunan.
Sementara itu, terkait dengan kinerja sektor manufaktur yang diharapkan menggantikan peran CPO dalam menopang neraca perdagangan nasional, Firman mengaku hal itu sulit dilakukan. Dia menilai 70% dari nilai ekspor CPO dinikmati di dalam negeri, sedangkan kontribusi nilai ekspor manufaktur tidak akan setinggi itu. Pasalnya rata-rata produk manufaktur lokal merupakan bagian dari rantai pasok global.
Menurutnya, tingginya kontribusi nilai ekspor CPO ke dalam negeri disebabkan sebagian besar bahan baku berasal dari dalam negeri. Di sisi lain, komoditas manufaktur seperti alas kaki, tekstil, dan elektronik mendapatkan bahan baku dari luar negeri.
“Saya rasa hampir semua manufaktur itu related dengan global value chain. Bahan baku sebagian juga masih impor. Melihat ini, tidak comparable secara substansinya, bahwa nilai tambahnya tidak sebanding dengan komoditas [CPO],” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (17/7/2019).
Firman memaparkan rata-rata kegiatan manufaktur di dalam negeri adalah mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Untuk menjadi barang jadi, katanya, ada rantai pasok global impor.
Dia menilai justru sektor pariwisata yang dapat mengompensasi menggantikan penurunan nilai ekspor CPO ada tahun ini.