Bisnis.com, JAKARTA -- Para pengusaha truk mengeluhkan kemacetan di wilayah DKI Jakarta menyebabkan aktivitas angkutan barang tidak efisien dengan catatan jumlah perjalanan angkutan barang turun hingga 40 persen.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lookman menyatakan saat ini angkutan barang mengalami posisi oversupply atau kelebihan penawaran akibat inefisiensi aktivitas logistiknya.
"Memang oversupply karena tidak efisien, kemacetan, lamanya aktivitas bongkar muat, dari kemacetan produktivitas menurun dari 25 trip jadi 15 trip per bulan," katanya kepadaa Bisnis.com, Senin (15/7/2019).
Dia menjelaskan kondisi oversupply tersebut akibat dari kemacetan sehingga ketika harus melayani pengiriman barang dalam waktu yang sama dibutuhkan jumlah truk lebih banyak.
Kyatmaja menganalogikan ketika melayani pengiriman logistik 200 perjalanan (trip) dengan kapasitas masing-masing truk 25 kali perjalanan, dibutuhkan 8 truk dalam sebulan untuk memenuhi permintaan tersebut.
Dengan adanya kemacetan, imbuhnya, kemampuan trip angkutan barang menurun, guna melayani 200 trip dibutuhkan 14 truk, karena masing-masing truk hanya mampu melayani 15 trip.
Peningkatan jumlah truk tersebut menimbulkan pengeluaran baru dan kelebihan jumlah truk yang bermuara pada inefisiensi.
Di sisi lain, permintaan angkutan barang terus meningkat setiap tahunnya, bahkan peningkatan permintaan bisa mencapai 50 persen.
"Ketidakefisienan kira-kira sebanding dengan pertumbuhan kendaraan, semakin banyak kendaraan [pribadi] imbasnya kemacetan barang, imbasnya ke produktivitas angkutan jalan," terangnya.
Dia berharap pemerintah mencarikan solusi atas permasalahan itu karena sejumlah solusi yang ada belum membuahkan hasil.
"Tol elevated Jakarta-Cikampek belum terlihat hasilnya, belum ada, kemacetan semakin parah, Tol Trans-Jawa masih belum optimal, mahal, hal-hal itu masih work in progres, sementara buat kami ketidakefisienan semakin bertambah tiap tahun," ujarnya.