Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia siap mengakomodasi permintaan India di sektor perdagangan bilateral, guna memuluskan akses pasar minyak kelapa sawit RI di negara tersebut.
Dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan, Industri dan Perkeretaapian India Piyush Goyal pada Selasa (9/7/2019) lalu, Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita kembali menyampaikan permintaan agar minyak kelapa sawit dari Indonesia mendapatkan perlakuan tarif yang sama dengan produk serupa dari Malaysia di India.
Sejauh ini, bea masuk produk turunan minyak kelapa sawit Indonesia mendapatkan bea masuk yang lebih tinggi dari Malaysia, lantaran Negeri Jiran memiliki FTA bilateral dengan India sementara Indonesia tidak.
Mendag Enggar mengklaim permintaan RI tersebut ditanggapi serius oleh Menteri Perdagangan India. Namun, dalam pertemuan itu India juga meminta perhatian Mendag Enggar atas berbagai kesulitan yang dihadapi eksportir India untuk memasuki pasar Indonesia, yang menurutnya patut diduga tidak sejalan dengan komitmen Indonesia di WTO maupun dalam Asean – India FTA.
“Kita perlu mempertimbangkan permintaan India agar minyak kelapa sawit Indonesia mendapatkan perlakuan yang adil di India. Ini perlu dilihat secara makro, tidak bisa terlalu sektoral, karena neraca perdagangan kita dengan India selalu surplus dan tahun lalu mencapai USD 8,7 miliar. Kita perlu memberi kesempatan yang ‘fair’ kepada India, dan percayalah India sulit mencatatkan surplus dengan Indonesia sepanjang ekspor minyak kelapa sawit kita ke india tidak dihadapkan pada hambatan tarif maupun nontarif,” ujar Enggar, dalam keterangan resminya, Jumat (12/7/2019).
Adapun berdasarkan data BPS, total perdagangan Indonesia dan India periode 2018 tercatat US$18,75miliar dengan nilai ekspor Indonesia ke India sebesar US$13,72 miliar dan impor sebesar US$5,01 miliar.
Baca Juga
Hal itu membuat Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangam sebesar US$ 8,7 miliar.