Bisnis.com, JAKARTA -- Asosiasi Logistik Indonesia menyarankan agar pemerintah lebih memfokuskan pengembangan pusat logistik berikat jenis e-commerce dan barang jadi.
Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), baru ada satu pusat logistik berikat (PLB) e-commerce dan 5 PLB barang jadi dari total 93 PLB yang sudah ada. Selama ini PLB masih didominasi industri yang membutuhkan kemudahan impor.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldi Ilham Masita menuturkan pengembangan PLB ke depannya harus mulai fokus ke pengembangan gudang untuk e-commerce dan barang jadi.
"Saya usulkan agar PLB untuk barang jadi dan e-commerce lebih difokuskan terutama untuk barang jadi yang membutuhkan pre-inspection di negara lain sebelum masuk Indonesia dan juga barang-barang e-commerce yang selama ini dijual kembali di Indonesia," ungkapnya kepada Bisnis, Senin (8/7/2019).
Menurutnya, perluasan fokus itu harus dengan catatan memakai fasilitas pembebasan bea masuk, sehingga barang yang masuk ke Indonesia harus memakai PLB e-commerce agar bisa dikenakan pungutan guna pemasukan bagi negara.
Dia bercerita keberadaan PLB memang dapat meningkatkan impor tetapi dapat pula meningkatkan ekspor. Alasannya, PLB menjadi gudang berikat untuk wilayah Asia Tenggara atau Asean tidak hanya Indonesia saja.
Dengan strategi itu, fasilitas PLB perlu diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang memang berencana menjadikan Indonesia sebagai pusat distribusi untuk Asean.
"Dan barang yang masuk ke dalam PLB belum bisa dikatakan impor untuk Indonesia karena bisa jadi akan diekspor untuk kebutuhan bahan baku negara lain di Asean. Baru bisa dibilang impor Indonesia kalau keluar dari PLB dan dipakai di dalam negeri," jelasnya.
Saat ini, fokus pemerintah untuk PLB lebih banyak di bahan baku pendukung industri dan bukan barang jadi. Fokus ini perlu diteruskan dan dikembangkan sehingga dapat mendukung industri dalam negeri mendapatkan bahan baku lebih murah.
"Semua industri pasti butuh barang impor yang lebih cepat agar biaya penyimpanannya [inventory] lebih rendah. Tidak ada yang mau impor atau ekspornya lebih lama kalau ada pilihan untuk lebih cepat," tuturnya.