Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan pelat merah PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI menargetkan produksi gula untuk musim giling tahun ini dapat menembus angka 293.000 ton, naik dibanding produksi pada 2018 lalu yang berada di kisaran 271.000 ton.
Direktur Utama PT RNI Didik Prasetyo mengatakan bahwa proses giling relatif lancar berdasarkan evaluasi awal. Untuk pabrik-pabrik gula yang berada di Jawa Barat, ia menjelaskan proses giling baru dimulai pertengahan Juni lalu. Sementara itu, untuk pabrik di Jawa Timur, proses penggilingan telah dimulai sejak pertengahan Mei.
“Evaluasi sejauh ini karena baru mulai giling, relatif lancar. Di Jawa Timur kami sudah mulai giling sebelum Lebaran, sudah berjalan 23-25 hari dan posisinya cukup baik,” kata Didik saat dihubungi Bisnis, Rabu (3/7/2019).
Meski proses penggilingan awal berjalan lancar, Didik mengaku target produksi kali ini lebih rendah 5 persen dari target yang ditetapkan sebelumnya. Namun ia tetap memasang peningkatan rendemen gula untuk musim giling kali ini.
“Kami masih menargetkan rendemen lebih tinggi dibanding tahun lalu. Pada awal giling rendemen masih di kisaran 6,5 persen sampai 7 persen,” sambungnya.
Target progresif RNI untuk produksi gula datang bersamaan ketika perusahaan tengah menjalin sinergi dengan BUMN lain yakni PT Perkebunan Nusantara VIII dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. untuk mewujudkan rencana pengembangan kawasan industri di Subang, Jawa Barat lewat rencana usaha patungan atau joint venture.
Didik menjelaskan pihaknya bakal menyertakan sekitar 5.000 hektare lahan perkebunan tebu yang tak lagi optimal untuk proyek tersebut.
“Kami mempunyai area yang cukup luas di Subang, eks perkebunan tebu, sebenarnya masih lahan tebu, hanya saja karena infrastruktur yang semakin berkembang di Jawa Barat, jika kami pertahankan sebagai lahan perkebunan tebu tak lagi optimal,” paparnya.
Ia mengatakan terdapat sebagian area perkebunan tebu milik RNI yang terpotong jalan tol. Kehadiran tol ini ia sebut memperbesar biaya logistik perkebunan tebu. Selain itu, penyertaan lahan RNI untuk proyek ini sendiri dimaksudkan untuk mengikuti rencana tata ruang daerah yang diarahkan sebagai kawasan sendiri.
“Di daerah sekitar lahan milik RNI itu arahnya sudah mulai berubah RUTR [Rencana Umum Tata Ruang]-nya jadi kawasan industri,” tutur Didik.