Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Digenjot Jelang Puasa dan Lebaran, Aktivitas Manufaktur Juni 2019 Melambat

Aktivitas industri manufaktur dalam negeri pada Juni 2019 melambat dibandingkan bulan sebelumnya berdasarkan Purchasing Managers’ Index (PMI). Faktor seasonal dinilai menjadi pendorong perlambatan tersebut.
Pekerja di pabrik Nissin Biscuit. Untuk produk tertentu yang menggunakan yeast, dibutuhkan tahap fermentasi dengan suhu, kelembaban dan waktu tertentu untuk memberi kesempatan pada yeast untuk berkembangbiak. Setelah waktu fermentasi selesai, adonan siap diproses ke tahap pembentukan. /Foto Nussinbiscuit.com
Pekerja di pabrik Nissin Biscuit. Untuk produk tertentu yang menggunakan yeast, dibutuhkan tahap fermentasi dengan suhu, kelembaban dan waktu tertentu untuk memberi kesempatan pada yeast untuk berkembangbiak. Setelah waktu fermentasi selesai, adonan siap diproses ke tahap pembentukan. /Foto Nussinbiscuit.com

Bisnis.com, JAKARTA—Aktivitas industri manufaktur dalam negeri pada Juni 2019 melambat dibandingkan bulan sebelumnya berdasarkan Purchasing Managers’ Index (PMI). Faktor seasonal dinilai menjadi pendorong perlambatan tersebut.

Pada bulan keenam, PMI Indonesia berada di angka 50,6 atau lebih rendah dibandingkan Mei yang sebesar 51,6. Data indeks di atas 50 menunjukkan peningkatan di semua variabel survei, sedangkan di bawah 50 mengindikasikan penurunan.

Mohammad Faisal, Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, mengatakan menjelang puasa dan Lebaran aktivitas industri digenjot untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu PMI pada Mei 2019 meningkat dan memasuki Juni banyak hari libur sehingga aktivitas pabrikan pun berkurang.

“Hari libur pada Juni ini pengaruh ke produktivitas manufaktur karena waktu produksinya berkurang,” ujarnya, Senin (1/7/2019).

Faisal menilai permintaan dalam negeri untuk produk-produk manufaktur selama 6 bulan tahun ini berada dalam kondisi yang stabil. Ke depan, dia melihat kondisi dalam negeri relatif tenang, apalagi pelaku industri lebih percaya diri untuk berekspansi setelah pemilu rempung karena arah kebijakan pemerintah mulai terlihat.

Di sisi lain, ketidakpastian tinggi untuk permintaan produk ekspor yang dipengaruhi oleh faktor global. Hal ini terlihat dari tren perlambatan ekspor asal Indonesia yang masih terjadi. “Walaupun AS dan China ada gencatan senjata, ekspor masih ada tekanan. Order ekspor ini yang tidak pasti,” jelasnya.

Mengenai harga produk, Faisal juga melihat tekanan nilai tukar telah mereda seiring dengan kebijakan The Fed yang membuka peluang penurunan suku bunga.

Di luar faktor kurs, dia menyebutkan yang bisa mempengaruhi harga produk manufaktur salah satunya adalah gejolak geopolitik negara-negara penghasil minyak. “Tingkat ketidakpastian harga minyak ini tinggi, tergantung keputusan politik negara-negara yang berpengaruh,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper