Bisnis.com, JAKARTA— Pengusaha udang mulai melirik pasar dalam negeri di tengah menurunnya harga komoditas tersebut di pasar global.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan & Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo menyebutkan, kendati harga jual udang dalam negeri biasanya lebih rendah daripada harga ekspor tetapi para pelaku akan terbebas dari ongkos angkut ke luar negeri.
“Dengan demikian diharapkan harga yang kami dapatkan di dalam negeri kurang lebih sama dengan harga ekspor dikurangi ongkos angkut ke luar negeri,” jelas Budhi dalam pesan singkat kepada Bisnis, Senin (24/6/2019).
Menurut Budhi, saat ini 99% produksi udang oleh anggota AP5I dijual untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Adapun, porsi penjualan udang hasil olahan dalam negeri menurutnya saat ini hanya sekitar 1%. Kendati demikin, dia tidak menyebutkan berapa besa volume produk tersebut.
Untuk itu, dalam 3 tahun ke depan, dia berharap penjualan udang hasil olahan di dalam negeri bisa meningkat ke angka 10%.
Untuk mendukung rencana ini, AP5I pun telah meluncurkan produk udang beku ke pasar lokal melalui pameran Eastfood Indonesia 2019 yang diselenggarakan di Surabaya pada 20-23 Juni.
Menurutnya, pemasaran udang beku kualitas ekspor ke pasar lokal akan memberikan kesempatan kepada masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi udang berkualitas tinggi dan memenuhi standar keamanan pangan.
Udang beku tersebut merupakan udang hasil panen yang masih sangat segar dari tambak dan segera dibekukan dengan cepat (quick frozen).
Adapun penjualan udang beku ini akan dilakukan melalui berbagai jalur seperti hotel, catering, ritel modern dan lainnya.
Seperti diketahui, pada kuartal pertama tahun ini, nilai ekspor udang Indonesia mengalami tekanan cukup berat dengan penurunan sekitar 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Menurut Budhi, turunnya nilai ekspor udang Indonesia tersebut terutama disebabkan persaingan yang sangat ketat di pasar AS yang merupakan pasar utama udang Indonesia.
“Udang dari Indonesia mengalami kesulitan bersaing dengan negara pesaing terutama dengan India dan Ekuador yang mampu menjual udangnya dengan harga yang jauh lebih murah dari pada udang Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, mengutip dari keterangan pers yang diterima dari Budhi, Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restaurant Indonesia (Apkrindo) memberikan tanggapan positi terkait pemasaran udang beku kualitas ekspor ke pasar Indonesia.
Ketua Apkrindo Tjahjono Haryono menybutkan pengawetan dengan pembekuan memang cara yang terbaik untuk menyimpan produk perikanan karena cara-cara pengawetan produk perikanan lainnya seperti ditambah bahan kimia tertentu kurang baik bagi kesehatan.
“Anggota Apkrindo siap untuk menggunakan udang-udang beku kualitas ekspor tersebut, sehingga konsumen bisa menikmati udang yang berkualitas tinggi,” ujarnya.