Bisnis.com, JAKARTA - Rendahnya serapan karet oleh industri domestik salah satunya disebabkan oleh perubahan tren produk alas kaki yang mengarah pada jenis sepatu sneaker.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Firman Bakrie menyatakan bahwa serapan karet pada tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu atau sekitar 18% dari total produksi karet pada tahun ini.
"Salah satunya disebabkan oleh pergeseran penggunaan tren konsumer," ujarnya kepada Bisnis.
Dia mengutarakan tren penggunaan tapak sepatu kini cenderung bergeser ke arah sepatu jenis sneaker. Tapak sepatu pada sepatu sneaker umumnya berbahan Poliuretan yang kadang kandungan plastiknya kerap ditingkatkan.
“Bahan ini terasa lebih nyaman. Memang trennya akan semakin meningkatkan penggunaan sepatu sneakers. Bisa jadi penggunaan bahan karet sulit untuk bisa bergerak naik,” ucapnya.
Maka dari itu, lanjutnya, asosiasi menilai peningkatan penggunaan karet dapat didorong oleh pengguunaan tingkat keselamatan kerja di industri.
Pasalnya, salah satu komponen tingkat keselamatan adalah penggunaan sepatu-sepatu pengaman yang notabenenya menyerap karet cukup banyak.
Namun demikian, Firman menemukan beberapa kali perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) yang kerap menggunakan sepatu pengaman impor. “Padahal industri lokal sudah memiliki kualitas tingkat global.”
Serapan karet industri alas kaki pada akhir tahun lalu mencapai 93,2 juta ton atau turun tipis 0,74% dari realisasi tahun sebelumnya, industri alas kaki menopang 14,89% dari total serapan karet tahun lalu.