Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Filipina membuat kejutan dengan mempertahankan suku bunga acuannya dan menahan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut.
Dalam pernyataannya di Manila hari ini, Kamis (20/6/2019), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) memutuskan mempertahankan suku bunga acuannya di 4,5 persen.
Keputusannya ini terbilang mengejutkan karena BSP sebelumnya diantisipasi akan memangkas suku bunga acuannya. Hanya delapan dari 24 ekonom dalam survei Bloomberg yang memprediksikan keputusan itu. Adapun 16 ekonom lainnya memperkirakan pemangkasan lebih lanjut sebesar 25 basis poin.
Dalam pertemuan kebijakan sebelumnya yang digelar pada Mei 2019, BSP memangkas suku bunga acuannya dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen seiring dengan upayanya melonggarkan pengetatan kebijakan dan menurunkan rasio cadangan wajib untuk bank-bank.
Gubernur BSP Benjamin Diokno mengatakan keputusan otoritas moneter Filipina mempertahankan kebijakan moneternya memungkinkan para pembuat kebijakan untuk menilai dampak pemangkasan suku bunga bulan lalu.
“Sebuah jeda yang bijaksana memungkinkan para pembuat kebijakan untuk mengamati dan menilai dampak dari penurunan suku bunga bulan lalu serta pengurangan bertahap dalam rasio cadangan wajib untuk bank-bank yang harus diselesaikan pada bulan Juli,” terang Diokno, seperti dikutip dari Bloomberg.
Keputusan ini, walaupun mengejutkan bagi banyak pihak, sejalan dengan fokus Bangko Sentral pada ketergantungan data dan memenuhi mandat stabilitas harga.
Pemerintah Filipina kini harus menindaklanjuti janji untuk mempercepat pengeluaran setelah penundaan anggaran menyeret pertumbuhan ekonomi lebih rendah pada kuartal pertama tahun ini.
“Terlepas dari sinyal dovish dari Gubernur Diokno, kami pikir fokus bank sentral pada ketergantungan data berarti kecil kemungkinan penurunan [suku bunga] lebih lanjut akan terjadi dalam waktu segera setelah penurunan suku bunga pada Mei,” ujar Justin Jimenez, Ekonom Bloomberg.
“Kami pikir ada ruang untuk satu atau dua pemangkasan suku bunga lagi tahun ini, kemungkinan pada Agustus atau September,” tambah Jimenez.
Dari dalam negeri, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang berakhir hari ini memutuskan kembali menahan suku bunga acuannya BI 7-day Reverse Repo Rate di 6 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan pihaknya akan melihat kondisi keuangan global dan kondisi stabilitas eksternal dalam mempertimbangkan penurunan suku bunga. Ia mengklaim BI telah melakukan kebijakan moneter yang akomodatif sejak beberapa bulan lalu.
“Dengan pantauan sebulan, salah satu kebijakan moneter yang akomodatif dapat berupa penambahan likuiditas melalui operasi moneter untuk menambah dan memastikan kecukupan likuditas," ungkap Perry.
Keputusan BI ini sejalan dengan prediksi mayoritas ekonom dalam survei Bloomberg. Sebanyak 28 dari 34 ekonom memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga acuannya di 6 persen, sedangkan enam ekonom lainnya memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin.