Bisnis.com, JAKARTA — Peningkatan penggunaan platform media sosial untuk berdagang turut meningkatkan risiko penipuan dan penyalahgunaan data. Salah satu pengusaha ritel bahkan mengaku pernah tiga kali ditipu produk palsu yang dijajakan melalui media sosial.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey menyatakan perlindungan konsumen pada era ekonomi digital juga perlu juga mencakup pengawasan terhadap para pedagang dalam jaringan yang memanfaatkan media sosial. Pasalnya, selama ini transaksi yang terjadi melalui perdagangan di media sosial tidak tercatat dengan baik.
“Pemilik toko online di media sosial ini sangat banyak, perputaran uangnya bisa mencapai triliunan sehingga perlu juga untuk dicatat data transaksinya, bagaimana pajaknya,” ujarnya.
Dia pun mengisahkan pengalamannya berbelanja daring melalui platform media sosial dengan skema pembayaran di tempat. Dia mengaku tertipu produk palsu sebanyak tiga kali oleh produsen yang berbeda. Sebagai konsumen, dia merasa dirugikan.
“Penjual di medsos seperti itu juga perlu diawasi seperti halnya kami peritel offline agar konsumen tidak dirugikan,” ujarnya.
Ketua Umum YLKI Tulus Abadi menilai saat ini data pribadi menjadi salah satu komoditas penting dalam era ekonomi digital. Dampaknya, data pribadi konsumen pun menjadi rawan untuk disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Baca Juga
“Mendesak sekali adanya perlindungan data pribadi sebagai perlindungan konsumen di era digital,” ujarnya di sela-sela peringatan HUT Ke-46 YLKI, Selasa (18/6).
Lebih lanjut, dia menyatakan jumlah pengaduan konsumen mengenai ekonomi digital terus meningkat setiap tahunnya. Dia memperkirakan sebanyak 40% dari total pengaduan konsumen yang ditampung YLKI selama 2018 mengenai ekonomi digital, termasuk mengenai penyalahgunaan data pribadi.
Sejauh ini dia menyebut sektor perbankan masih menjadi salah satu sektor dengan keluhan terbanyak mengenai penyalahgunaan data pribadi. Sementara aduan lainnya berasal dari sektor teknologi finansial dan dagang-el.
“Trennya [pengaduan mengenai ekonomi digital] selalu meningkat. Pergeserannya paling kalau kemarin soal e-commerce paling tinggi, sekarang soal fintech termasuk perbankan dan telekomunikasi,” ujarnya.