Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wood Mackenzie Sebut Proyek LNG Abadi Bakal Hadapi Persaingan Ketat

Karena proyek ini direncanakan mencapai FID pada 2022, Inpex dan mitranya Proyek LNG Abadi menghadapi persaingan ketat pasar jasa rekayasa dan konstruksi.
(Dari kiri ke kanan) Ketua SKK Migas Dwi Sutjipto, CEO Inpex Masela Ltd Shunichi Sugaya, dan President & CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda menandatangani Head of Agreement (HoA) terkait pengembangan Lapangan Gas Abadi di Blok Masela di sela-sela pertemuan para menteri energi dan lingkungan negara-negara G20 di Karuizawa, Jepang, Minggu (16/6/2019). Hadir pula Menteri ESDM RI Ignasius Jonan serta Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Hiroshige Seko./Bisnis-Hery Trianto
(Dari kiri ke kanan) Ketua SKK Migas Dwi Sutjipto, CEO Inpex Masela Ltd Shunichi Sugaya, dan President & CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda menandatangani Head of Agreement (HoA) terkait pengembangan Lapangan Gas Abadi di Blok Masela di sela-sela pertemuan para menteri energi dan lingkungan negara-negara G20 di Karuizawa, Jepang, Minggu (16/6/2019). Hadir pula Menteri ESDM RI Ignasius Jonan serta Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Hiroshige Seko./Bisnis-Hery Trianto

Bisnis.com, JAKARTA—Inpex Corporation diperkirakan akan menghadapi dua risiko utama dalam menjalankan proyek gas alam cair (LNG) Abadi, di Blok Masela.

Direktur Riset Wood Mackenzie Andrew Harwood mengatakan dalam menjalankan Proyek LNG Abadi, Inpex menghadapi persaingan ketat di pasar LNG global.

Menurutnya, lebih dari 90 million tonnes of crude produced per annum (mmtpa) kapasitas proyek LNG baru tengah bergulir atau mengambil keputusan investasi final (FID) dalam kurun 2019 - 2020. Dengan begitu, akan mendorong adanya gelombang baru investasi hingga lebih dari US$200 miliar untuk pengembangan proyek LNG hingga 2025.

"Adanya peningkatan aktivitas tersebut, operator LNG akan berada dalam tekanan untuk menghindari pembengkakan biaya dan potensi proyek mundur yang selama ini terjadi di industri LNG," katanya, dalam keterangan tertulis, Senin (17/6/2019).

Woodmac menyebutkan dua risiko utama yang dihadapi Inpex dalam menjalankan proyek LNG Abadi. Pertama, karena proyek ini direncanakan mencapai FID pada 2022, Inpex dan mitranya Proyek LNG Abadi menghadapi persaingan ketat pasar jasa rekayasa dan konstruksi. Kedua, saat berproduksi pada 2027, penjualan LNG dari Blok Masela akan menghadapi pesaing yang telah terlebih dahulu memasuki pasar.

"Pada saat itu penjualan LNG ke pembeli akan cukup sulit karena pasokan LNG lain telah masuk ke pasar terlebih dahulu,” tuturnya.

Setelah pembahasan proyek yang telah mengalami kemunduran dalam beberapa tahun terakhir, adanya kesepakatan pokok atau Head of Agreement (HoA) Proyek LNG Abadi merupakan kemajuan dan langkah positif. Apalagi, proyek ini juga sangat berarti bagi Indonesia mengingat besarnya kontribusi migas yang dihasilkan.

Di sisi lain, Woodmac optimistis Inpex dapat mendanai proyek LNG di Laut Arafuru ini. Dengan belajar dari pengalaman dari Proyek LNG Ichthys di Australia, Inpex juga didukung kekuatan arus kas yang cukup untuk mengerjakan proyek LNG Abadi.

Inpex Corporation sempat menyatakan waktu produksi gas alam cair (LNG) di Blok Masela yang jatuh pada 2026 – 2017 bersamaan dengan tren peningkatan kebutuhan gas alam di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper