Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TREN APBN: Alokasi Belanja Modal Rendah

Di tengah target pembangunan yang cukup tinggi, alokasi belanja modal yang digelontorkan pemerintah tergolong masih cukup rendah.

Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah target pembangunan yang cukup tinggi, alokasi belanja modal yang digelontorkan pemerintah tergolong masih cukup rendah.

Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, rasio belanja modal terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga mengalami penurunan.

Data Kemementerian Keuangan menunjukan rata-rata alokasi belanja modal selama lima tahun belakangan masih di bawah 1,5 persen dari PDB. Pada 2019 misalnya, pemerintah hanya mengalokasikan belanja modal sebanyak 1,17 persen dari PDB atau di bawah rata-rata lima tahun terakhir.

Rendahnya alokasi belanja modal ini berbanding terbalik dengan besaran alokasi belanja barang terhadap PDB yang mencapai 2,04 persen atau belanja non produktif lainnya misalnya belanja pegawai yang bilainya justru mencapai 2,36 persen dari PDB.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan bahwa ketika mendesain APBN, pemerintah sebenarnya telah memahami ada kebutuhan anggaran yang dibutuhkan untuk belanja modal. Pemerintah juga telah berupaya untuk memastikan supaya kebutuhan belanja modal tidak berada di bawah nilai tertentu.

“Ya memang, kurang lebih segitu [angkanya], kita memahami ada kebutuhan dalam belanja modal,” ungkapnya, akhir pekan lalu.

Suahasil menjelaskan, belanja modal bukan satu-satunya instrumen yang digunakan untuk mendorong kinerja perekonomian. Dalam struktur APBN, pemerintah telah memberikan ruang-ruang fiskal lainnya yang bisa digunakan sabagai stimulus fiskal untuk mendorong perekonomian supaya sesuai ekspektasi pemerintah.

Kendati demikian, otoritas fiskal tak menampik, jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, alokasi belanja modal masih jauh panggang dari pada api. Data Bank Dunia yang dipublikasikan dua tahun lalu, rasio belanja modal Indonesia terhadap PBD menjadi yang paling rendah dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara.

World Bank menyebut, dengan alokasi 1,5 persen dari PDB, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan Myanmar, negara yang masih terkena imbas konflik sektarian. Pada 2017 lalu misalnya, Myanmar mampu mengalokasikan belanja modal sebanyak 2,3 persen dari PDB.

Sementara itu, negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia mampu mengalokasikan belanja modal di angka 3,3 persen dari PDB, Filipina 4,5 persen dari PDB, Singapura 4,9 persen dari PDB, Thailand 6 persen dari PDB, Vietnam 6,5 persen dari PDB, dan Kamboja sekalipun yang alokasi belanja modalnya empat kalilipat dibandingkan Indonesia yakni 6,8 persen.

Adapun pemerintah seperti dikutip dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2020, menyebut akan terus meningkatkan alokasi belanja modal untuk mendukung produktivitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Jika sesuai rencana, terutama untuk menopang target pertumbuhan ekonomi di angka 5,3 persen-5,6 persen, pemerintah memproyeksikan alokasi belanja modal 2020 meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yakni 1,4 persen-1,6 persen dari PDB. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Tegar Arief

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper