Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekspor China secara tak terduga rebound pada Mei, di kala kebuntuan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) meningkat dan tanda-tanda ketegangan antara kedua negara tak tampak mereda.
Kantor administrasi bea cuka China pada Senin (10/6/2019) melaporkan peningkatan ekspor sebesar 1,1 persen pada Mei dari tahun sebelumnya, sedangkan impor turun 8,5 persen. Ini menjadikan surplus perdagangan China mencapai US$41,65 miliar pada Mei.
Angka tersebut berbanding terbalik dengan proyeksi ekonom dalam survei Bloomberg, yang memperkirakan ekspor akan turun 3,9 persen sedangkan impor turun 3,5 persen.
"Untuk ekspor, ada kemungkinan perpanjangan batas waktu tarif AS dan front loading ekspor China yang tersisa ke AS telah berkontribusi pada pertumbuhan, tetapi pertumbuhan ekspor year-to-date tidak terlalu baik,” ujar Xia Le, kepala ekonom Asia di Banco Bilbao Vizcaya Argentaria SA., seperti dikutip dari Bloomberg.
“Adapun pertumbuhan impor merosot karena perlambatan ekonomi domestik dan prospek memburuknya ketegangan perdagangan,” lanjut Le.
Meski sebagian besar perdagangan pada bulan Mei kemungkinan tidak menerapkan tarif baru, kenaikan tarif yang membayangi mungkin mendorong sejumlah perusahaan untuk melakukan pengiriman lebih awal.
Baca Juga
Sementara itu, Perwakilan Dagang AS juga mulai meninjau pemberlakuan tarif 25 persen untuk sisa impor senilai sekitar US$300 miliar dari China.
Dalam sebuah wawancara pekan lalu, Gubernur bank sentral China Yi Gang mengatakan ada ruang yang "luar biasa" untuk menyesuaikan kebijakan moneter jika perang perdagangan mengeruh.
“Kami memperkirakan pertumbuhan ekspor tetap positif pada Juni, kemungkinan didukung oleh front loading ekspor China yang terkait dengan AS,” tutur Lu Ting, kepala ekonom China di Nomura Holdings Inc.
“Karena bagian dari impor adalah komponen impor untuk perakitan dan ekspor kembali, pertumbuhan impor yang lesu saat ini berarti pertumbuhan ekspor yang lebih kecil dalam waktu dekat,” tambah Lu.