Bisnis.com, JAKARTA—PT Chevron Pacific Indonesia menyatakan transisi alih kelola Blok Rokan bersama PT Pertamina (Persero) tidak menyinggung kemungkinan adanya operasi bersama sebelum 2021.
Senior Vice President Policy Government and Public Affairs Chevron Pacific Indonesia Wahyu Budiarto mengatakan, kemungkinan joint operation tidak masuk dalam pembahasan. Saat ini, menurutnya, fokus Chevron adalah memastikan transisi Blok Rokan berjalan mulus.
“Kami mau memastikan bahwa Pertamina tidak memulai dari nol. Tapi bisa melanjutkan apa yang sudah kami buat,” ujarnya, Selasa (21/5/2019).
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengemukakan bahwa perseroan tidak akan masuk ke Blok Rokan sebelum Agustus 2021 meski untuk memuluskan transisi pengelolaan wilayah kerja tersebut.
Namun Pertamina tetap menyiapkan beberapa opsi transisi Blok Rokan seperti joint operation.
“Opsi yang paling mungkin yang kami minta adalah tim Pertamina masuk ke perencanaan. Dengan ikut perencanaan, kami harapkan investasi dilakukan, sehingga jangan sampai terjadi lagi seperti di Mahakam,” katanya.
Hingga 30 April lalu, produksi Chevron Pacific Indonesia di Blok Rokan sebesar 196.515 barrel oil per day (bopd) year to date, sementara total lifting mencapai 195.753 bopd atau 103% dari target APBN 2019.
Terlepas dari itu, berbagai rencana Pertamina untuk meremajakan fasilitas di Rokan tetap berjalan, misalnya dalam hal peremajaan pipa.
Menanggapi rencana peremajaan jaringan pipa, Wahyu membenarkan hal itu merupakan usulan Chevron. Menurutnya, pihaknya telah mengusulkan sejak 2011 mengingat usia jaringan pipa sudah 60 tahun.
“Kami sudah bilang ke pemerintah, sebaiknya ini jadi prioritas untuk bisa diganti.”
Adapun mengenai diskusi soal keekonomian proyek ultra laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD) Gendalo-Gehem bersama SKK Migas belum menemui titik temu. Wahyu menekankan masih ada cara pandang yang berbeda soal nilai ekonomis.