Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebijakan Fiskal Perlu Bantalan Ekonomi Kuat

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menyebut, kebijakan fiskal yang ekspansif pada 2020 harus mempertimbangkan realisasi perekonomian pada tahun sebelumnya.
Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati. /Bisnis.com
Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menyebut, kebijakan fiskal yang ekspansif pada 2020 harus mempertimbangkan realisasi perekonomian pada tahun sebelumnya.

Enny menyebut ada hubungan kausalitas antara arah kebijakan fiskal dengan kinerja pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun sebelumnya.

Jika perekonomian pada 2019 cukup bagus dan pertumbuhuan ekonomi sesuai ekspektasi, pengelolaan fiskal bisa dipastikan akan berjalan dengan prosporsional.

“Namun jika yang terjadi sebaliknya, tentu fiskalnya juga akan terpangaruh,” kata Enny, Senin (20/5/2019).

Dari sisi penerimaan misalnya, manufaktur merupakan sektor yang memiliki kontribusi paling besar dalam penerimaan pajak. Kinerja penerimaan sektor ini akan tumbuh jika manufaktur dalam struktur ekonomi juga mengalami pertumbuhan yang cukup besar.

Begitupula dengan perdagangan, peformanya sangat menentukan berapa setoran pajak yang akan diberikan masuk ke kas pemerintah. Artinya, jika prospek pertumbuhan di kedua sektor ini besar, maka pengelolaan fiskal pada tahun-tahun sebelumnya juga diproyeksikan akan lebih baik.

"Persoalannya, sekarang dengan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal 1/2019 yang kurang memuaskan, rasanya cukup berat jika dijadikan bantalan fiskal tahun depan," ungkapnya.

Apalagi, target-target tahun depan dengan pertumbuhan ekonomi di angka 5,3 persen-5,6 persen dan dari sisi fiskal defisit dipatok di bawah target 2019, tanpa terobosan kebijakan pada tahun ini, maka target-target itu sulit direalisasikan.

"Kalau defisit mungkin bisa, misalnya dengan penyesuaian belanja. Tapi kalau pertumbuhan ekonomi apalagi 5,6 persen itu cukup sulit," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Tegar Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper