Bisnis.com, JAKARTA – Memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China selama satu bulan terakhir telah meningkatkan risiko resesi ekonomi di Negeri Paman Sam.
Menurut mayoritas ekonom dalam survei Reuters, peluang terjadinya resesi di AS dalam dua tahun ke depan kini mencapai 40 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan median sebesar 35 persen dalam survei Reuters bulan lalu.
Perang dagang antara China dan AS kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor menjadi 25 persen dari 10 persen terhadap barang-barang senilai US$200 miliar asal China mulai 10 Mei 2019.
Tak berselang lama, China melancarkan serangan balasan dengan mengumumkan akan mulai menaikkan tarif pada sejumlah barang AS pada 1 Juni.
Oleh Trump, perang dagang yang sedang berlangsung dengan China hanya dianggap sebagai "pertengkaran kecil”. Tapi jelas terlihat tanda-tanda dampak dari konflik ini baik terhadap ekonomi kedua negara maupun dunia. Pasar finansial global pun bertambah resahnya.
"Sulit memikirkan skenario dimana eskalasi lebih lanjut dari ketegangan perdagangan yang kita alami saat ini tidak akan membuat risiko resesi lebih tinggi,” ujar Michael Hanson, kepala strategi makro global di TD Securities.
“Kita sudah berada dalam situasi dimana tingkat tarif yang dikenakan atau terancam akan dikenakan selama beberapa pekan ke depan benar-benar sangat tinggi. Pada dasarnya, langkah untuk menetapkan tarif 25 persen untuk semua yang diimpor dari China adalah hambatan yang sangat nyata dalam perekonomian,” lanjutnya.
Meski hanya sedikit responden yang mengatakan resesi AS kemungkinan akan terjadi pada tahun mendatang, lebih dari seperempat ekonom dalam survei terbaru Reuters melihat peluang lebih besar dari 50 persen bahwa resesi akan terjadi dalam dua tahun.
Pendapat paling pesimistis untuk kemungkinan resesi terjadi dalam satu tahun mendatang juga telah merangkak naik, dari 60 persen menjadi 70 persen.
Hampir 75 persen dari para ekonom berpendapat bahwa dampak perkembangan perang dagang AS-China bulan ini terhadap risiko resesi AS telah meningkat.
Ekonomi AS sendiri diperkirakan telah kehilangan momentum yang cukup besar, melambat menjadi 2,0 persen pada kuartal saat ini dari 3,2 persen dalam kuartal pertama tahun ini, menurut perkiraan median dari survei bulanan terbaru terhadap 120 ekonom.
Angka prediksi untuk kuartal kedua itu turun tajam dari 2,5 persen yang tampak dalam survei bulan lalu. Pada kuartal keempat tahun 2020, pertumbuhan ekonomi bahkan diperkirakan akan melambat menjadi 1,8 persen atau di bawah tren.