Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal DMO Batu Bara, Ini Keluhan Para Produsen

Para produsen batu bara diperkirakan masih menghadapi masalah yang sama dalam upaya pemenuhan pasokan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO) yang tahun ini kembali dipatok sebesar 25% dari produksi.
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Nova Wahyudi
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA - Para produsen batu bara diperkirakan masih menghadapi masalah yang sama dalam upaya pemenuhan pasokan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO) yang tahun ini kembali dipatok sebesar 25% dari produksi.

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan realisasi DMO tersebut sangat bergantung pada kebutuhan pengguna batu bara. Berdasarkan pengalaman, realisasi DMO selalu di bawah target yang telah ditetapkan.

"Secara umum kondisinya akan hampir sama seperti tahun lalu. Realisasi serapan berpotensi di bawah target karena umumnya perencanaan penggunaan batu bara domestik oleh user itu ditarget tinggi," katanya kepada Bisnis, Senin (13/5/2019).

Dia menjelaskan kemampuan setiap perusahaan untuk memasok batu bara ke dalam negeri berbeda-beda. Sebagian perusahaan bahkan tidak bisa memasok sama sekali karena masalah spesifikasi batu bara yang dimiliki.

Selain itu, pasar domestik masih dikuasai oleh sejumlah perusahaan saja. Padahal, seluruh perusahaan memiliki kewajiban yang sama untuk memasok 25% dari produksinya ke dalam negeri. "Ada keterbatasan ruang untuk supply, khususnya ke PLN," tuturnya.

Sebelumnya, Ketua Komite Marketing APBI Nyoman Oka mengungkapkan pada 2018, hampir 91% pasokan batu bara untuk pembangkit listrik hanya dipasok oleh delapan perusahaan/grup perusahaan saja. Artinya, untuk sektor kelistrikan yang menyerap sekitar 80% dari total kebutuhan batu bara nasional, hanya menyisakan ruang kurang dari 10% saja untuk begitu banyak produsen.

"Hanya delapan perusahaan bisa jadi lebih karena lokasi, spesifikasi, dan lain-lain. Kita tahun bagaimana sulitnya masuk ke PLN kalau spesifikasi dan lokasi menyulitkan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper